MASAKINI.CO – Kemungkinan besar Anda akan menyebutkan “mencicipi kopi gayo langsung dari sumbernya” atau “keliling Danau Lut Tawar” jika ditanya: mau ngapain aja selama liburan di Takengon, Aceh Tengah?
Tetapi mulai saat ini, Anda mungkin punya pilihan jawaban lain setelah membaca pengalaman saya ini. Yap! Ikuti petualangan saya menemukan sensasi lain saat berwisata di Tanah Gayo.
Pertengahan November lalu, saya kembali berada di Aceh Tengah, salah satu dari tiga daerah yang masuk dalam kawasan Dataran Tinggi Gayo, selain Bener Meriah dan Gayo Lues.
Ini bukan kali pertama saya ke Negeri di Atas Awan. Sebelumnya saya beberapa kali melancong ke dataran yang berada di ketinggian rata-rata mencapai 1.000 mdpl itu.
Meski begitu, saya tidak pernah bosan ke Tanah Gayo. Sebab daerah yang dihuni oleh mayoritas suku Gayo ini memiliki karakter lokal yang sangat berbeda dibanding daerah lainnya di Aceh.
Perbedaan itu mulai terasa saat saya melewati perbatasan Bireuen memasuki Bener Meriah. Hawa dingin akan sering menyelimuti bagian kulit yang terbuka.
Gumpalan awan pegunungan kerap menyergap pengguna jalan apalagi jika melintas sehabis turun hujan.
Pada saat demikian, saya akan merindukan secangkir kopi gayo panas yang dulunya cuma bisa dinikmati di gerai kopi ternama milik kapitalis di kota-kota besar.
Tetapi dalam perjalanan ke Gayo, saya akan senang singgah di Cafe Seladang. Kedai kopi yang berada di tengah kebun kopi di Bener Meriah. Letaknya berjarak sekitar 20 menit berkendara lagi sebelum mencapai Kota Takengon.
Pastikan buka lebar-lebar mata ketika akan memasuki Kota Takengon. Dari jalanan berkelok dan serasa berada di atas awan, pemandangan menakjubkan menyapa wisatawan.
Danau Lut Tawar menyempil di tengah-tengah barisan perbukitan. Dan bangunan-bangunan bagai lukisan melingkari sebagian danau itu. Jika malam hari, Anda akan melihat kedap-kedip lampu bagai ribuan kunang-kunang hinggap di tanaman.
Pesona Gayo belum usai. Memasuki Kota Takengon, aroma kopi arabika dari pabrik-pabrik pengolahan kopi menyeruak. Pada momen ini, saya rasanya ingin langsung berhenti dan menghampiri sumber aroma itu.
Tapi tunggu dulu. Lihatlah sekitar. Sebuah kota kecil penuh hiruk-pikuk yang kelihatannya akan berakhir di kaki gunung jika terus berkendara dan lalu “dimakan” awan yang sedang menanti kedatangan kita.
Bagi pendatang, hawa sejuk akan membuat Anda menarik resleting jaket. Jangan kaget kalau saat malam hingga subuh, tubuh terasa bagai diselimuti es batangan.
JELAJAHI PENGALAMAN BARU
Sampai medio November lalu, pengalaman seperti itu sudah sering saya rasakan. Karena itu saya pikir perlu ada pengalaman baru di Takengon. Kira-kira, apa ya?
Hm… Rafting pun jadi pilihan. Sejenak kita akan melupakan aroma kopi gayo.
Saya akan menjajal atraksi Wisata Arung Jeram Lukup Badak yang berpusat di Jalan Atang Jungket, Desa Kayu Kul, Kecamatan Bies, Aceh Tengah.

Dari Kota Takengon menuju objek wisata Arung Jeram Lukup Badak menempuh jarak sekitar 9 km atau berkendara sekitar 15 menit. Titik kumpulnya berada di tepi Sungai Peusangan di bawah Jembatan Lukup Badak.
Setiba di lokasi, saya langsung disambut pemandangan para pelancong yang siap menerjang aliran deras Krueng Peusangan.
Sebagian dari mereka berpose di papan nama Arung Jeram Lukup Badak Gayo Adventure. Memakai helm, life jacket, dan mengacungkan tongkat dayung ke udara.
Saya dan teman-teman tidak sabaran untuk memacu adrenalin. Kami harus pesan tiket di Loket Wisata. Ada 2 paket rafting yang disediakan bagi pelancong, yaitu Family Trip yang dibanderol Rp 70.000/orang dan Semi Extrem seharga Rp 130.000/orang.
Family Trip akan melalui rute yang “santai”. Anda tidak akan mendapatkan pengalaman menghadapi rintangan batu besar saat arung jeram.
Tetapi di Paket Semi Extrem, kata petugas yang akan mendampingi kami, peserta trip akan menempuh rute sekitar 3 km lebih. Nantinya akan ada 1 km yang bakal memacu adrenalin dan “siap basah kuyup!”
WOW! Itulah yang saya nanti.
Setelah mengenakan perlengkapan arung jeram yaitu life jacket, helm anti benturan, dan masing-masing mendapatkan satu tongkat dayung, kami diperintahkan untuk naik mobil.
Lah, kok naik mobil? Bukannya naik perahu karet?
Oh, ternyata, kami akan diangkut ke start point di lokasi terpisah. Mobil membawa kami beserta river boat (perahu karet) keluar dari area pusat Arung Jeram Lukup Badak Gayo Adventure ke arah kembali ke kota.
Di satu persimpangan jalan utama, kami memasuki lorong yang mengantarkan kami ke start point. Lokasinya di tepi sungai yang sudah diberikan marka penanda lokasi rafting.
“Family Trip beda lagi titiknya,” kata petugas.
Jangan merasa takut bagi Anda yang belum pernah arung jeram. Karena setiap satu boat akan didampingi oleh petugas yang merupakan atlet atau mantan atlet rafting.
Sebelum turun ke air, kami mendapat briefing dari petugas. Dijelaskan bagaimana cara menggunakan tongkat dayung dan aba-aba yang harus diikuti saat rafting nanti.
Kami mengambil posisi duduk di dalam perahu sesuai aba-aba. Perlahan river boat memasuki aliran sungai yang diapit tumbuhan eceng gondok. Airnya sangat jernih.
Saya celupkan tangan. Airnya dingin khas daerah pegunungan. Ingin langsung ceburkan diri rasanya.
Boat melaju mengikuti arus sungai yang berada di lembah. Perlahan kami mengikuti arus sambil menikmati pemandangan berupa perbukitan, pemukiman penduduk, dan langit cerah dengan gumpalan-gumpalan awan gelap khas daerah Dataran Tinggi.
Dan setelah sekian menit, tibalah kami pada checkpoint semi ekstrim. Saatnya pacu adrenalin.
Jeram mulai terasa dari bagian bawah boat. Jelas saya mendengar air mengalir deras melalui rute turunan yang berundak-undak menghantam bebatuan besar.
Luas sungai menyempit kira-kira 3 meter saja. Perahu melaju zig-zag. Pontang-panting menyesuaikan dengan celah bebatuan yang menghadang.
Antara takut atau panik?
Pada saat demikian, jangan panikan. Konsentrasi. Ikuti aba-aba. Tetap kayuh sekuat tenaga sambil meneriakkan yel-yel mengikuti komando dari petugas.
Di sejumlah titik jeram, tim dokumentasi dari Arung Jeram Lukup Badak Gayo Adventure menanti dari tepi sungai. Menangkap momen kita yang sedang berjuang di jeram.
Setelah mengarungi jeram sekitar 1 km, kami kembali tiba di arus yang tenang. Tak sadar kalau badan sudah kuyup diterpa percikan air tadi.
Perasaan hepi segera menyelinap jiwa saya karena baru saja melalui pengalaman yang perlu kita coba setidaknya sekali seumur hidup.
Lebih-lebih menikmati rafting di Takengon, yang notabene adalah daerah dataran tinggi. Bahwa di antara semerbak aroma kopi gayo dari sekeliling Danau Lut Tawar, ternyata ada sensasi lain untuk memperkaya pengalaman berwisata di Tanoh Gayo.(Makmur Dimila)
Good to know!
Tarif Paket Arung Jeram
Wisata Alam Gayo
1. Family Trip
💸 70.000/orang
Syarat :
– Untuk Usia 2 tahun ke atas
– Minimal 4 orang per-perahu.
– Maximal 6 orang per-perahu.
– Jarak tempuh 4,5 kilometer dengan waktu tempuh ± 60 menit.😁
2. Semi Extrem
💸 130.000/orang
Syarat
– Untuk usia 15 tahun ke atas
– Minimal 4 orang (jika kurang dari 4 orang tetap bayar 4)
– Maximal 4 orang per-perahu
– Jarak tempuh 3.5 kilometer
– Waktu tempuh ± 45 menit