MASAKINI.CO – Ribuan orang sudah menikmati suasana destinasi wisata pantai itu. Jaraknya jauh dari ibu kota. Ibarat semedi, para pengunjung harus “menepi” dulu dari hiruk-pikuk kota untuk sampai ke sana.
Tak ada yang lebih menenangkan pikiran selain menjadi “sufi wisata”; menghindari kebisingan kota dan lalu lintas jalan raya.
Letaknya sekitar 40 kilometer dari Kota Banda Aceh, atau 3 kilometer dari Pelabuhan Malahayati Krueng Raya, Aceh Besar.
Rutenya harus menelusuri jalan menanjak dan berliku selepas pelabuhan. Bukit Soeharto tinggal jauh di belakang. Namun begitu sampai ke tujuan, Anda akan dibuat takjub dan tercengang.
Namanya Pantai Pasir Putih Lhok Mee. Letaknya di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Yang membuat objek wisata ini unik adalah kehadiran pohon yang oleh masyarakat lokal disebut sebagai geurumbang.
Pohon ini lazimnya tumbuh di bibir pantai, di atas 1-2 meter ketinggian air laut. Selain itu, cemara juga tampak mendominasi area Pantai Pasir Putih Lhok Mee.
Dinamai pasir putih karena memang pasirnya persis berwarna putih. Sehingga menunjukkan distorsi warna yang mencolok antara putih pantai, hijau pepohonan, dan biru air laut sejauh mata memandang.
Kini, warna-warni itu semakin beragam seiring dibangunnya berpuluh pondok dan warung makanan berwarna-warni di tempat itu oleh masyarakat setempat.
Selain itu, di sela-sela pondok rehat itu juga telah dipasang berpuluh ayunan kain beragam warna, seperti merah, hijau, oranye, biru, cokelat, merah muda, dan warna lainnya.
Selain bisa menikmati makanan dan minuman di pondok, para pengunjung juga bisa bersantai melepas penat di atas berbagai ayunan tersebut.
Menyaksikan pemandangan sedemikian anggun, Anda akan dibuat amnesia sejenak dari rutinitas monoton, beban kerja, dan turunan masalahnya yang mendera ibu kota. Ini saatnya berwisata dengan riang gembira!
Seperti pada akhir pekan menjelang meugang itu. Ani, perempuan paruh baya dari Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan bertandang ke Pantai Pasir Putih Lhok Mee bersama suami dan anak-anaknya.
Dia dan keluarga memanfaatkan akhir pekan itu untuk berlibur ke Pantai Putih. Sebelumnya, dia baru saja menjemput anak laki-lakinya yang juga sudah libur dari aktivitas mengaji di Pesantren Babul Maghfirah, Cot Keueung, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar.
“Cuma mau main-main sebentar. Lihat-lihat suasana pantai saja, sekalian bawa main adik-adik ini kan,” ujar Ani, Minggu (19/3/2023) lalu.
Ani mengaku sebelumnya sudah sering bertandang ke Pantai Pasir Putih. Terakhir dia datang bersama keluarganya sebelum pandemi Covid-19.
Dia mengatakan nyaris tak ada perubahan yang signifikan dari objek wisata ini dari beberapa tahun sebelumnya.
“Pertama tadi singgah di Kebun Kurma Barbate. Habis itu dibilang Abang, pergilah jalan-jalan kemari sebentar. Nanti langsung pulang terus rencananya.”
Selain masyarakat dari kabupaten luar, pengunjung dari Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh sendiri masih banyak yang memilih menghabiskan waktu libur di objek wisata ini.
Keluarga Munira contohnya. Dia dan keluarganya datang dari Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Munira yang juga berprofesi sebagai perias kecantikan ini mengaku walaupun relatif dekat dari tempat tinggalnya, dia dan keluarga hanya akan berlibur ke objek wisata Pantai Pasir Putih di momen-momen liburan hari besar saja. Teranyar, momen liburan jelang meugang puasa ini.
“Kalau kemari agak jauh, jadi nggak begitu sering. Biasanya kalau liburan sering kesana, ke Pantai Ujong Batee. Ini kan agak jauh. Cuma sekali-kali kan boleh kita pergi liburan jauh,” kata Munira.
Terakhir kali berkunjung kesitu, seingat Munira itu baru dilakukannya tahun lalu. Menurutnya, liburan kali ini lumayan ramai didatangi oleh pengunjung karena momen menjelang meugang.
Bahkan sebagian besar keluarga lainnya datang lengkap dengan perkakas masak yang memang bertujuan untuk makan-makan bersama di pinggir pantai (meuramin).
Maka tak heran banyak belanga besar bertebaran yang dipakai untuk memasak daging lembu atau kerbau; menikmati hidangan kuah belangong bersama keluarga.
Munira sendiri mengaku hanya meuramin ria semata bersama keluarga, tak sampai repot-repot membawa belanga segala.
Terkait objek wisata ini, Munira hanya berharap satu hal, yaitu penambahan dan pengelolaan fasilitas kamar mandi dan toilet di area wisata.
Menurutnya, fasilitas yang ada saat ini tidak lagi memadai karena semakin ramainya orang yang berkunjung kesana.
“Seperti sumur atau kamar mandinya ini harus ditambah lagi atau gimanalah, untuk fasilitas kamar mandi. Sudah tidak sesuai lagi dengan ramainya orang yang datang. Ini saja air di kamar mandi sudah habis,” keluhnya.
Selain itu, kendala jaringan telekomunikasi juga masih kentara terasa. Hal ini disebabkan karena jauhnya jangkauan yang dapat diakses oleh tower base transceiver station (BTS) alias stasiun pemancar.
Hal ini menyebabkan susahnya berkomunikasi di sekitar lokasi objek wisata. Kecuali mau bersusah payah mencari jaringan secara manual ke pinggir pantai yang tak terhalang pepohonan.
Selebihnya, Pantai Pasir Putih Lhok Mee tak lain adalah keajaiban alam.
Bahkan Anda sejatinya tak perlu telepon genggam dan akses internet di sana. Karena alam pantai dan pepohonan secara interaktif akan memukau mata Anda dengan kemolekannya.
Maka lupakanlah sejenak polusi suara ibu kota dan telepon genggam nirdata. Mari “bersemedi” di pinggir pantai dengan khusyuk dan bersuka cita! [Sammy Khalifa]