18 Tahun Perdamaian Aceh, Nezar Patria: Perang Pasti Reda

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamen Kominfo), Nezar Patria. (Foto: Untuk Masakini.co)

Bagikan

18 Tahun Perdamaian Aceh, Nezar Patria: Perang Pasti Reda

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamen Kominfo), Nezar Patria. (Foto: Untuk Masakini.co)

MASAKINI.CO – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamen Kominfo), Nezar Patria mengaku jantungnya berdebar bahagia di hadapan para perunding GAM dan Pemerintah Indonesia, saat menyaksikan proses penandatanganan MoU Helsinki ditandatangani pada 15 Agustus 2005.

“Sebagai generasi muda Aceh pada waktu itu, saya berterima kasih kepada kedua pihak yang berjiwa besar dan bersepakat untuk membangun Aceh baru yang damai dan sejahtera di bawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Nezar.

Bagi Nezar, perjanjian di Helsinki adalah momen puncak, sebuah solusi politik yang bisa diterima kedua pihak, tanpa ada yang kehilangan muka, dan menghargai martabat kedua pihak.

Nezar juga terkenang menjelang penandatangan MoU Helsinki, salah satu anggota tim perunding Pemerintah Pusat bertanya kepadanya apakah ada pepatah Aceh tentang perdamaian.

“Maka saya ingat pepatah ‘pat ujeun yang tan pirang, pat prang tan reda.’ Pepatah itu pula kalau tidak salah diucapkan oleh Presiden Indonesia ke-6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya menyambut perdamaian bersejarah ini,” kata Nezar.

Nezar percaya, pepatah itu adalah hasil dari pengalaman panjang para endatu di Aceh yang melewati berbagai tantangan zaman, sejak kerajaan Aceh terbentuk hingga masa republik saat ini.

“Bahwa tak ada yang abadi di alam semesta, seperti hujan yang akan reda, demikian pula perang yang akan berhenti,” ujarnya.

Pengalaman pahit selama konflik bersenjata itu, kata Nezar, hendaknya menjadi menjadi pelajaran, sebagai modal pengalaman, pengetahuan, dan bijak dalam melangkah menyongsong masa depan Aceh yang lebih baik.

Menurut Nezar, perdamaian telah membuka peluang politik bagi Aceh untuk memberikan terbaik bagi masyarakat. Politik yang mengabdi kepada publik.

“Buah dari perjuangan panjang dan titik kompromi itu adalah suatu sistem demokrasi lokal yang berkuasa untuk mengatur diri sendiri, tanpa harus menyerahkan segalanya ke pemerintahan pusat,” ujarnya.

Dana Otonomi Khusus dan lahirnya partai lokal di Aceh, kata Nezar, seharusnya bisa membuat Aceh lebih sejahtera.

Nezar mencatat, dari 2008 hingga 2022, tercatat sudah Rp95,9 triliun Dana Otsus yang diterima Aceh. Dana itu akan berakhir pada 2027. Kini, kata Nezar, dirinya mendengar sedang dilakukan upaya-upaya untuk meminta perpanjangan Dana Otsus.

Pernyataan Nezar itu disampaikan saat tokoh Aceh di Jakarta yang tergabung dalam sejumlah organisasi/lembaga melakukan prosesi adat peusijuek (tepung tawar) di Wisma Taman Iskandar Muda di kawasan Guntur, Setiabudi, Jakarta, pada Selasa (15/8/2023) malam.

Prosesi peusijuek melibatkan Majelis Adat Aceh (MAA) Cabang Jakarta, Taman Iskandar Muda, dan Diaspora Global Aceh. Acara peusijuek Nezar bersama bersama istri ini sekaligus memperingati Hari Damai Aceh yang sudah berusia 18 tahun.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist