Kasus Pengeroyokan di SMA Modal Bangsa, Ini Kata Dinas Pendidikan Aceh

Ilustrasi penganiayaan. (sumber foto: pixabay.com)

Bagikan

Kasus Pengeroyokan di SMA Modal Bangsa, Ini Kata Dinas Pendidikan Aceh

Ilustrasi penganiayaan. (sumber foto: pixabay.com)

MASAKINI.CO – Kepala Dinas Pendidikan Aceh Cabang Aceh Besar dan Banda Aceh, Syarwan Joni, mengatakan pendidikan Aceh harus lepas dari segala praktik kekerasan. Dia menegaskan pihak sekolah tidak mentolerir setiap kekerasan yang terjadi di lingkungan maupun di luar sekolah.

“Lingkungan pendidikan harus bebas dari kekerasan, baik oleh guru ataupun antar siswa,” katanya, Selasa (5/9/2023).

Hal tersebut disampaikan Syarwan terkait dengan dugaan kekerasan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Modal Bangsa, Aceh Besar.

Dia mengatakan Dinas Pendidikan Aceh berupaya perkara itu diselesaikan lewat restorative justice.

Setelah kejadian itu terungkap, kata Syarwan, Dinas Pendidikan Aceh terus memantau perkembangan penyelesaiannya. Termasuk dengan mendatangkan psikolog.

Syarwan juga menyampaikan, orang tua para pelaku menyatakan penyesalannya dan berjanji bahwa anak mereka tidak bakal mengulangi kejadian yang sama terhadap siapapun.

Syarwan mengatakan Dinas Pendidikan Aceh mempertimbangkan agar seluruh siswa tetap berkonsentrasi untuk menimba ilmu. Karena itu, dia berharap persoalan ini segera diselesaikan.

Menurutnya, persoalan ini menjadi tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan pendidikan di sekolah, tidak terkecuali orang tua siswa. Sebab, setiap langkah yang diambil, kata dia, bakal mempengaruhi masa depan peserta didik.

“Kami telah mengupayakan berbagai cara agar terjadi rekonsiliasi di antara pihak-pihak yang bertikai. Kami berharap semua pihak untuk tetap berkomunikasi mencari jalan keluar agar persoalan ini tidak merembet ke hal-hal di luar urusan pendidikan,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang siswa kelas XI SMA Negeri Modal Bangsa, Aceh Besar, diduga dikeroyok sejumlah seniornya usai korban mengikuti pengajian di musala sekolah. Akibatnya, korban mengalami pendarahan otak dan trauma.

Ayah kandung korban, Purnama Hadi AR, mengatakan peristiwa itu terjadi pada 20 Juli 2023 lalu. Dia menyebut pengeroyokan ini bukan kali pertama dialami anaknya.

“Mereka memukul, menendang hingga menginjak, dan pelakunya ada 21 orang,” kata Purnama kepada wartawan, Kamis (31/8/2023) lalu.

Purnama telah melaporkan kasus itu ke Polresta Banda Aceh pada 10 Agustus lalu. Ia menegaskan telah menutup celah untuk damai, apalagi untuk mencabut laporan.

“Saya lihat tidak ada itikad baiknya, karena dari dulu sudah musyarawah tapi menyepelekan bahkan pelakunya pun tidak semua menerima skors,” ungkapnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist