MASAKINI.CO – Langkahnya mengantar anak-anak pengungsi Rohingya ke sekolah, dipaksa berhenti.
Usai menuai ancaman petugas keamanan di kamp pengungsian, ia malah dipecat organisasi tempatnya menjadi relawan.
Organisasi kemanusiaan tempatnya bekerja melayangkan surat onslah pada perempuan itu pada 24 Agustus 2023. Apa pasal?
Beberapa pekan sebelum surat pemecatan mendarat, Nurmalawati masih ingat betapa semringahnya ia mengetahui tujuh anak pengungsi di Kamp Mina Raya, Gampong Luen, Kecamatan Padang Tiji, Pidie, akhirnya dapat bersekolah.
Wacana anak-anak pengungsi Rohingya untuk dapat mencecap pendidikan formal selama di Aceh sendiri sudah bergulir sejak 2015.
Kala itu, berkluster-kluster pengungsi telah mendarat di Aceh. Sebagai relawan, Nurmalawati selama ini mengampu pendidikan nonformal anak-anak di kamp.

Berkat dukungan lembaga kemanusiaan di kamp, akhirnya disepakati tujuh anak akan dimasukkan ke salah satu sekolah dasar di daerah itu. Jarak antara sekolah dan kamp pengungsian sekitar 3 kilometer jauhnya.
Program menyekolahkan anak-anak kamp ini mendapat dukungan berupa persetujuan dari dinas pendidikan setempat. Setelah segala persiapan dinyatakan selesai, anak-anak itu mulai bersekolah di SDN Tanjung dengan tingkatan kelas variatif pada Senin, 24 Juli 2023.
Menurut Nurmalawati, anak-anak yang biasanya malas, pagi itu bangun lebih cepat, mengenakan seragam dengan semua peralatan sekolah dan wajah ceria. Beberapa di antaranya malah rela pergi ke sekolah tanpa seragam.
Anak-anak itu diantar langsung oleh Nurmalawati, diawasi pihak sekolah selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kepada masakini.co, Kepala Sekolah SDN Tanjung, Wahidin, ikut menggambarkan bagaimana anak-anak itu bergaul dengan siswa lainnya selama berada di sekolah.
“Anak-anak itu sudah tidak ada kesenjangan. Mereka akur dan akrab. Minat belajar mereka bagus. Saya lihat sudah sama-sama dengan anak-anak kita. Walaupun cara berkomunikasi agak sedikit kurang, tetapi cara bergaul mereka sudah enggak ada perbedaan,” ungkap Wahidin, belum lama ini.
Namun, apa lacur, baru sehari bersekolah, polisi yang menjadi penjaga keamanan di kamp tetiba meminta untuk tidak melanjutkan program tersebut keesokan harinya.
Alasannya tidak diperbolehkan ada aktivitas di luar kamp selain mereka juga tidak mendapat surat resmi dari otoritas setempat perihal anak-anak tersebut.
Sebagai informasi, akses pendidikan bagi anak-anak pengungsi sendiri telah ditekankan melalui surat edaran terbitan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kepada satuan pendidikan terkait.
Bernomor 30546/A.A5/HK.01.00/2022, dikeluarkan pada 12 Mei 2022, surat edaran ini diterbitkan dalam rangka pemenuhan akses pendidikan bagi para pengungsi anak usia sekolah dari luar negeri.
Sejumlah poin yang kemudian ditekankan di dalam surat edaran mencakup hal-hal seperti partisipasi pengungsi anak usia sekolah dengan catatan tidak boleh membebankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (ABPD).
Untuk mendukung pembelajaran bagi peserta didik dari kalangan pengungsi, di dalam surat ditekankan bahwa pembiayaan untuk partisipasi pengungsi anak usia sekolah dapat dilakukan melalui lembaga yang mensponsori.
Namun, demi menuruti keinginan petugas keamanan, lembaga kemanusiaan di kamp memutuskan untuk rembuk dengan dinas terkait. Alhasil, terbitlah surat dukungan akses edukasi formal bagi anak-anak pengungsi tersebut pada 25 Juli 2023.

Surat tersebut membuka kesempatan bagi anak-anak untuk bersekolah asalkan memenuhi sejumlah syarat. Antara lain, punya kartu pengungsi United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) serta adanya surat jaminan dan komitmen dukungan biaya pendidikan dari lembaga yang mensponsori keberadaan pengungsi.
Nurmalawati pun bisa bernapas lega, anak-anak tersebut akhirnya bisa kembali bersekolah pada 31 Juli 2023. Dari tujuh, jumlah anak-anak pengungsi yang bersekolah kini bertambah jadi sepuluh.
Sayangnya, ini hanya berlangsung selama beberapa hari saja. Pada Sabtu, 5 Agustus 2023, oknum kepolisian yang menjadi penjaga di kamp lagi-lagi melarang anak-anak tersebut pergi ke sekolah.
Nurmala yang merasa dongkol dengan petugas kepolisian tersebut memutuskan untuk mengumbar hambatan akses pendidikan yang terjadi ke media massa. Apa yang dilakukan Nurmalawati diduga bikin yang bersangkutan kurang berkenan.
Pada Jumat 11 Agustus 2023, Nurmalawati terlibat cekcok dengan petugas keamanan. Polisi berpangkat Aiptu itu sempat melontarkan kata-kata bernada ancaman.
Ketegangan itu berlangsung di muka salah satu ruangan, menghadap halaman utama kamp Mina Raya yang diabadikan langsung Nurmalawati melalui telepon genggamnya.
Dalam potongan video, pria berkaos lengan pendek korps kepolisian memanggil seorang lelaki yang baru saja datang lalu menanyakan status Nurmawalati di kamp.
Lelaki yang barusan datang itu merupakan petugas dari organisasi kemanusiaan tempat di mana Nurmalawati selama ini menjadi relawan. Dari suaranya, diduga di tempat itu bukan cuma ada mereka bertiga.
Sesaat kemudian, ia mengatakan bahwa Nurmalawati tidak menghargai dirinya. Perempuan itu sempat bertanya apa maksud dari pernyataan tersebut.
Ketika ditanya, petugas itu malah menyingggung bahwa Nurmalawati tidak melakukan koordinasi sewaktu menyuruh anak-anak pengungsi bersekolah. Tidak cuma itu, ia juga menuding bahwa Nurmalawati mencari keuntungan pribadi selama di kamp.
Ketika disosor dengan pertanyaan, lagi-lagi ia meracau, menyuruh Nurmalawati untuk berpikir sendiri maksud dari kata-kata yang ia lontarkan barusan.
“…yang ada aku emosi kau nanti, pecah kepala kau kubikin nanti,” ucap polisi yang sebelumnya sempat mendelik ke atas muka Nurmalawati.
Nurmalawati tidak terima begitu saja perlakuan pria itu. Awalnya ia memberi peluang dengan membuka jalur mediasi untuk menyelesaikan masalah tersebut atas dorongan sejumlah pihak, tetapi ia tidak melihat adanya iktikad baik.
Pada Senin (21/8/2023), Nurmalawati pun memutuskan untuk melaporkan petugas polisi itu ke unit propam Polres Pidie. Namun, hingga berita ini ditulis, Nurmalawati mangaku belum dikabari perihal progres penerapan proses hukum.
“Sampai sekarang belum ada kabar apa-apa dari Polres. Anak anak pengungsi belum juga bisa bersekolah,” kata Nurmalawati, Sabtu (16/9/2023).
Kabarnya petugas itu sudah ditarik dari kamp, dan sudah digantikan personel kepolisian lainnya sebagai petugas kemananan. Kabag Ops Polres Pidie, AKP Hendra Gunawan Tanjung, membenarkan hal ini.
“Untuk lebih jelas tanyakan Propam saja. Tetapi yang dapat saya jelaskan sebagai berikut, personel yang bersangkutan sudah ditarik dan tidak dinas lagi sebagai petugas Pam di Mina Raya. Sudah diperiksa Provos dan kasus saat ini sedang berjalan,” jawab Hendra, Jumat malam (15/9/2023).
Nurmalawati sendiri ingin oknum itu segera meminta maaf serta menarik kembali semua kata-katanya. Ia tidak terima dengan tuduhan atas dirinya soal “mencari keuntungan.”
“Saya mau dia meminta maaf dengan saya, di kamp atau secara online, dan mengatakan bahwa yang dia tuduhkan kepada saya semua salah,” tegas Nurmalawati.
Terlepas dari itu, Nurmalawati juga mengaku kecewa terhadap organisasi kemanusiaan tempat ia bekerja dan menilai pemecatan atas dirinya tidak adil. Menurut dia, alih-alih mendukung, organisasi tersebut cenderung malah menyalahkan dirinya.

Nurmalawati sendiri menandatangani kontrak dengan organisasi tersebut pada Maret lalu. Adapun perpanjangan kontraknya diputus pada 14 Agustus 2023.
Dalam salinan surat onslahnya, disebutkan tiga jenis kesalahan yang menjadi alasan di balik pemecatan Nurmalawati. Alasan pertama karena dirinya tidak berkoordinasi perihal pernyataannya di salah satu media massa.
Selanjutnya, Nurmalawati dituding telah mempersiapkan seragam sekolah anak-anak pengungsi tanpa seizin line manager organisasi kemanusiaan tersebut. Ia juga dituding telah menerima dana dari masing-masing keluarga anak-anak tersebut tanpa sepengetahuan line manager.
Terakhir, Nurmalawati disebut telah mengambil pekerjaan dobel di tempat lain, padahal di saat bersamaan dirinya tercatat sebagai volunter di organisasi tersebut. Ini karena perempuan itu mengikuti sebuah workshop pada 10 Agustus sebagai pendamping DP3A.
Pada paragraf terakhir, disisipkan pernyataan bahwa lembaga tersebut memiliki tekad yang kuat dalam menyelesaikan masalah dengan jalan kekeluargaan dan dialog yang baik. Mereka juga percaya bahwa setiap masalah memiliki solusi yang dapat dicapai via komunikasi terbuka dan pengertian bersama.
Menjawab ketiga poin ini, menurut Nurmalawati, selama berbicara di media massa, dirinya sama sekali tidak membawa embel-embel lembaga. Dia berbicara atas nama pribadi.
Adapun kalimat yang menyatakan bahwa dirinya menerima dana dari keluarga anak-anak tersebut dinilai Nurmalawati amat tendensius. Menurutnya, ia hanya membantu orang tua anak-anak tersebut untuk membelikan seragam ke pasar karena pengungsi tidak bisa bebas berkeliaran keluar masuk kamp.
Nurmalawati sempat menemani dua anak pengungsi ke pasar untuk memilih seragam dan kebutuhan lainnya. Kedua anak tersebutlah yang kemudian membayar sendiri perlengkapan sekolah tadi dengan uang yang dititipkan oleh orang tua mereka.
Karena mengendarai sepeda motor dan takut berisiko, ia tidak mungkin membawa lima anak lain ikut bersamanya. Karena itu, atas seizin pemilik toko, Nurmalawati berhasil membawa baju seragam untuk dicoba oleh anak-anak yang sedang menunggu di kamp.
Timbang mengambil keuntungan, Nurmalawati mengaku bahwa dirinya sampai menyumbangkan baju sekolah anaknya yang masih baru agar salah satu anak juga memiliki seragam.
Sementara itu, Nurmalawati tidak menampik bahwa dirinya juga membantu dinas P2TP2A Pidie, tetapi dengan status juga sebagai relawan. Menurut dia, posisinya itu yang kelak banyak membantu selama masa pendampingan korban pelecehan seksual yang menimpa pengungsi Rohingya baru-baru ini.
Nurmalawati sendiri punya rekam jejak panjang sebagai relawan kemanusiaan. Ia juga mengampu “Taman Seribu Bintang”, sebuah taman bacaan besutannya yang diperuntukan untuk anak-anak desa di sekitar tempat tinggalnya.
“Dikeluarkan sebagai relawan bukan masalah uangnya, tetapi dengan apa yang dituduhkan ke saya telah mencoreng nama saya sebagai relawan kemanusiaan yang sudah bekerja puluhan tahun,” tegas Nurmalawati.