MASAKINI.CO – Dipan kayu itu terletak di pojok kiri anjungan Nagan Raya. Pernak-pernik kain bordiran berwarna kuning, merah, dan hijau menyelimuti tempat tidur yang diperuntukkan bagi jenazah tersebut.
Berbagai selendang tenun ragam warna diikat pada langit-langit dipan. Masyarakat Nagan Raya menyebut dipan itu Reuhab.
Reuhab berfungsi sebagai tempat jenazah dibaringkan. Biasanya diletakkan dalam sebuah kamar. Masyarakat menganggap kamar ini sakral. Tradisi reuhab bagi masyarakat Nagan Raya adalah perwujudan bentuk kasih sayang kepada orang yang telah meninggal.
Lazimnya, pakaian terakhir yang dikenakan orang yang meninggal itu diletakkan di dipan reuhab. Waktunya bisa 40 sampai 100 hari.
Wakil 1 Inong Nagan Raya, Nur Fajri Maulina, mengatakan di kamar sakral tempat reuhab ditaruh, sanak famili nantinya membaca Alquran serta mendoakan orang yang baru meninggal tersebut.
“Kadang juga keluarga mengundang teungku untuk membaca Alquran selama 40 hari,” katanya saat bertugas menjaga anjungan Nagan Raya di Taman Sulthanah Safiatuddin, lokasi utama Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 digelar.
Selain pakaian terakhir yang dipakai jenazah, di dipan reuhab juga diletakkan kain, dan tikar yang sebelumnya digunakan untuk membawa jenazah ke kuburan. Kemudian disediakan tilam gulong, satu bantal kepala dan dua bantal guling.
“Jika yang meninggal perempuan ditaruh mukena, kain, seprai, dan emas,” sebut Nur Fajri Maulina.
Dia menjelaskan, tilam gulong untuk membaringkan jenazah akan dibawa oleh menantu perempuan jika yang meninggal adalah mertua.
“Akan tetapi pada dasarnya hal ini merupakan kewajiban yang dilakukan oleh perempuan,” ujarnya.
Nur Fajri mengatakan kamar sakral tempat dipan reuhab itu tak boleh ada bayangan. Selain itu, sejak sore hari harus dibakar kemenyan untuk mengharumkan ruangan kamar.
Jika di dalam satu rumah ada dua orang yang sekaligus meninggal, dipan reuhab juga harus dibuat dua. Sebab, reuhab hanya diperuntukkan bagi satu orang arwah.
“Meski prosesi adat ini terlihat asing dan menyusahkan, namun untuk warga Nagan ini merupakan hal lumrah,” ungkap Nur Fajri. “Bahkan di setiap rumah telah tersedia dipan yang nanti diperuntukkan bagi keluarga yang meninggalkan dunia,” pungkasnya.