MASAKINI.CO – MUKA masam. Tak jelas sebab. Mendadak ia menginjak suling hingga berkeping. Tinju di lepas ke wajahnya sendiri. Persis di pecahan cermin yang lekat di tembok.
Pria prustasi itu Riskan Fahmi. Melakoni instrumennya sendiri yang dinamai “Bohmi.” Video itu disaksikan 275.952 kali. Sejumah youtuber bahkan review instrumennya.
Sejak karyanya viral dijagat maya empat tahun silam, namanya cukup dikenal di dataran tinggi Gayo. Alumnus Program Studi Seni tari dan musik, Universitas Syiah Kuala itu bahkan kebanjiran undangan.
“Pernah mengisi tiga acara dalam sehari,” kenang Fahmi.
Usai menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah ia kembai ke kampung halamannya. Membangun studio musik hanya berukuran 3×3 meter. Selain berkesenian, Fahmi tercatat sebagai tenaga honorer salah satu instansi pemerintah.
Pria asal Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah ini tetap aktif menjadi pengisi suling Gayo di acara didong atau menghasilkan karya-karya baru. Di studio rekaman sederhana miliknya, ia mulai merekam vocal lagu-lagu ciptaanya.
“Alhamdulillah. Senang rasanya bisa sama-sama berkolaborasi dengan teman-teman yang bakat bernyanyinya sangat luar biasa. Walau studio ini masih jauh dari kata layak,” kata Fahmi.
Baginya studio itu, “setidaknya mampu mengalirkan bakat kawan-kawan yang selama ini terpendam. Biaya jasa record lumahan mahal ya, belum lagi konten video. Nah, di sini kami belajar sama-sama. Alhamdulillah sudah ada hasil. Boleh cek di youtube Po’et team.”
Menurutnya, di Gayo event seni dan budaya terbilang langka. Tak heran seniman muda jarang perform walau sangat berbakat.
Akhir-akhir ini hanya youtube sebagai wadah pelaku seni dalam berkreasi. Hal tersebut menurut Fahmi sangat jauh berbeda dengan perform langsung di depan penonton. Ada semangat dan kebanggan tersendiri.
Fahmi berharap pemerintah daerah berperan membina serta memfasilitasi lembaga-lembaga seni di Tanoh Gayo, berkolaborasi membuat wadah untuk seniman menunjukkan bakatnya. Misal seperti event-event atau festival seni secara rutin.
“Gayo terkenal dengan budayanya. Didong, Tari Guel, Saman, dan lain-lain. Banyak generasi muda yang tertarik dengan itu semua. Tapi sayang, wadah mereka untuk belajar serta menunjukan bakat mereka masih minim,” sebutnya.
“Ayo, pemerintah daerah dan lembaga-lembaga seni di Gayo bekerja sama membuat lomba-lomba, event atau festival seni secara rutin. Insyaallah budaya kita yang kaya akan terus terjaga lintas generasi,” pungkas Fahmi.