MASAKINI.CO – Jelang peringatan 19 tahun Tsunami Aceh, Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) ajak masyarakat untuk dapat mengubah paradigma, dari sekadar melihat arsip sebagai kumpulan dokumen menjadi pengenalan dari setiap rekaman yang terdapat di dalamnya.
Kepala BAST, Muhammad Ihwan mengatakan arsip tidak hanya sekadar data historis, namun juga menjadi panduan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam merencanakan tindakan pencegahan, mitigasi, dan respons terhadap bencana alam.
“BAST memiliki tugas dalam pengelolaan, pelestarian, dan penyajian arsip sehingga banyak sejarah yang terdapat di sini,” katanya.
Menurut Ihwan, arsip juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan bagi generasi emas. Arsip memiliki peran krusial dalam pembangunan berkelanjutan.
“Misalnya memberikan wawasan yang mendalam terhadap peristiwa, kehidupan, dan ekonomi,” ujarnya.
Aceh memiliki situs tsunami yang bisa dipromosikan sebagai destinasi wisata pada pengunjung seperti museum tsunami dan kapal apung yang berdampak pada ekonomi masyarakat.
Wisata kearsipan ini merupakan media untuk masyarakat mengetahui berbagai hal tentang masa lalu atau sejarah.
“Kami Kita sudah sounding dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mengangkat arsip-arsip Aceh sebagai wisata kearsipan,” kata Ihwan pada wartawan, Jumat (1/12/2023).
“Kami menamakan air mata menjadi mata air. Jadi boleh berair mata tapi kita tak boleh menangisi itu terus, tapi bagaimana kita mengangkat itu sebagai potensi wisata,” jelasnya.