Ekonomi Sirkular Dinilai Jadi Solusi Tepat Pengelolaan Sampah di Indonesia

Ilustrasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. (foto: masakini.co/Ahlul Fikar)

Bagikan

Ekonomi Sirkular Dinilai Jadi Solusi Tepat Pengelolaan Sampah di Indonesia

Ilustrasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. (foto: masakini.co/Ahlul Fikar)

MASAKINI.CO – Indonesia saat ini tengah mentransformasi pengelolaan sampah dari linier menjadi lebih sirkuler sebagai bagian dari pengurangan ketergantungan pengolahannya di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Hal disampaikan Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) ketika menghadiri rangkaian kegiatan Conference of the Parties 28 (COP-28) Dubai, Uni Emirat Arab.

“Sejumlah inovasi dan penerapan teknologi dalam pengelolaan sampah terus didorong untuk mempercepat proses transformasi ini, hingga dapat mengolah sampah menjadi berbagai produk yang bermanfaat secara ekonomi,” kata Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (5/12/2023).

Nani menuturkakan ada beberapa inovasi yang telah dilalukan dalam pengelolaan sampah di Tanah Air, di antara melalui berbagai skema pengurangan timbulan sampah, pengumpulan dan pendauran ulang, konversi menjadi Refuse derived fuel (RDF), waste to energy, hingga composting.

Sejak sejak 2018, pemerintah juga telah menerbitkan berbagai regulasi untuk meningkatkan pengelolaan sampah yang lebih terintegrasi dari hulu ke hilir dan mendorong ekonomi sirkular. Seperti penerapan Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah Laut.

“Perpres tersebut memungkinkan pemerintah menetapkan target yang ambisius, yaitu pengurangan sampah plastik laut hingga 70 persen pada 2025. Dalam empat tahun terakhir Indonesia telah sukses mengurangi 35,36 persen kebocoran sampah plastik ke laut. Serta upaya yang kami lakukan telah mencapai 40 persen pengurangan menjelang akhir tahun 2023 ini,” tuturnya.

Menurut Nani, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah. Kolaborasi multi pihak sangat penting dilakukan dengan. “Kami menyadari pentingnya private-public partnerships dalam pendanaan upaya pengurangan sampah plastik. Merujuk kepada data NPAP, untuk mencapi target tersebut dibutuhkan investasi sebesar 5,1 miliar dolar dan dana operasional sebesar 1,1 miliar dolar pertahun,” terangnya.

Dia juga menambahkan bahwa sejaug ini tingkat daur ulang plastik berkisar pada angka 10 persen, didominasi plastik Polietilena Tereftalat (PET) yang bernilai ekonomi tinggi. Inovasi memanfaatkan sampah plastik dengan nilai ekonomi yang lebih rendah terus didorong dengan menjadikannya bahan baku campuran asphalt untuk jalan, dan berbagai inovasi kreatif lainnya.

“114 Pemerintah Daerah juga mengimplementasikan langkah inovasi dengan membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Menggeser kebiasaan penggunaan plastik tentu membutuhkan waktu lama, tapi kami sudah memulai,” tutupnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist