MASAKINI.CO – DENGAN wajah datar perempuan itu menenteng gitar. Berjalan menuju meja yang telah berganti fungsi menjadi kursi.
Punggungnya disendengkan. Kakinya disilang.
Setelah menemukan seteman yang dirasa pas, tepat di bawah muntahan cahaya lampu sorot, Rozhatul Valica mulai merinai.
Staf KontraS Aceh ini menyulap bait puisi, menjadi lagu. Atma Jejal. Berformat band.
Lewat Atma Jejal, Rozhatul meluapkan emosi sekaligus solidaritas terhadap korban kekerasan seksual.
“Atma berarti jiwa dan jejal berarti sesak,” jelas perempuan kelahiran Lhokseumawe Juni 1997 ini kepada masakini.co, Rabu malam (10/1/2024).
Atma Jejal berusaha sedekat mungkin merepresentasikan pengalaman batin para korban yang disebut Rozhatul “sesak”.
“Pelaku semakin merajalela karena semua orang berpihak padanya, bukan pada korban,” ujarnya.
Proses penciptaan lirik lagu ini melewati masa permenungan disertai keresahan atas kenyataan simulakra.
Rozhatul kerap merasakan beban para korban kekerasan seksual, kala ikut proses advokasi.
“Ada yang dikucilkan sama keluarga, di kampus, bahkan polisi pun saat BAP menertawakan dan menganggap itu hal biasa. Ujungnya-ujungnya dibilang suka sama suka,” ketusnya.
Selain itu, korban kekerasan seksual tak jarang mengalami victim blaming atau dinilai sebagai pihak yang malah bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa dirinya.
“Semua manusia seakan-akan menerkam korban. Aku merasakan betul ketika mereka bercerita. Jangankan dilindungi atau diberi keadilan, malah dikucilkan dan selalu disalahkan,” imbuhnya.
Apa yang diharap dari sebuah lagu berdurasi 5:08 menit bagi gerakan solidaritas terhadap korban kekerasan seksual?

Kata Rozhatul, pada dasarnya ia tak berharap muluk-muluk, dan hanya ingin menyerukan rasa solidaritas melalui Atma Jejal.
Tahun lalu, lagu Atma Jejal dirilis ke sejumlah platform layanan musik digital seperti Spotify, Amazon, dan Apple Music.
Lagu ini juga dapat didengarkan melalui YouTube dan YouTube Music serta sejumlah platform media sosial lain.
Musik memang menjadi salah satu media pelantang solidaritas untuk korban kekerasan seksual.
Paling anyar, Make Music Matter (MMM) dan jaringan global korban dan penyintas untuk mengakhiri kekerasan seksual masa perang, SEMA, meroketkan single berjudul “Solidarity” untuk menyambut Hari Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik ke-9, Juni tahun lalu.
Kolaborasi tersebut bertujuan untuk menyerukan suara para korban dan meningkatkan kesadaran akan kekerasan seksual terkait konflik.
Perang memang jadi salah satu ajang terkutuk yang memakan banyak korban kekerasan seksual di dalamnya.
Saat Aceh dicabik konflik bersenjata, Serambi Makkah dihantui banyak sekali kasus kekerasan seksual oleh militer Indonesia yang berlangsung dengan cara paling mengerikan yang bisa diterima oleh akal manusia.
Selain “Solidarity”, banyak lagu yang diketahui ikut ambil tempat dalam mengamplifikasi rasa solidaritas terhadap korban.
Di antaranya, Belenggu oleh Amingdala, Hampir Pagi oleh Gabriel Mayo dan Dita Permatas, Tubuhku, Otoritasku oleh Tika dan The Dissidents, dan Til It Happens To You oleh Lady Gaga.
Atma Jejal diharap Rozhatul dapat menjadi penanda bahwa dirinya pernah ikut serta berada di barisan yang sama.
“Malu ia rasa/malu ia rasa/tubuh seperti kotor/tubuh seperti kotor/jejal ia rasa/jejal ia rasa/dunia seperti henti/hidup seperti mati,” sepenggal lirik Atma Jejal.