MASAKINI.CO – Protection Associatee UNHCR, Muhammad Rafki menyebutkan penanganan pengungsi Rohingya di seluruh dunia termasuk Aceh tak dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Alasannya penanganan pengungsi sangatlah kompleks.
“Maka penyelesaian ini tidak tepat kalau dilakukan hanya secara sederhana,” kata Rafki dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Aceh Resource and Development, Sabtu (13/1/2024).
Ia menerangkan, keberadaan pengungsi ini tak hanya menjadi tanggung jawab UNHCR melainkan tanggung jawab bersama sebagai misi menyelamatkan manusia.
“Untuk membantu menyelamatkan nyawa orang menjadi kewajiban setiap orang, tak perlu menjadi UNHCR atau instansi pemerintah lainnya,” ucap Rafki.
Kemudian terkait adanya permintaan agar pengungsi Rohingya dikembalikan ke laut serta berbagai penolakan lainnya, tambah Rafki, pihaknya akan terus berkonsolidasi dengan masyarakat lokal serta memberi pemahaman. Namun tetap mematuhi aturan pemerintah.
“Saat ini penyelamatan nyawa menjadi prioritas kita tak sebatas di laut tetapi juga di penampungan sementara,” jelasnya.
Rafki juga meminta masyarakat Aceh untuk tidak menolak pengungsi Rohingya terlalu keras. Pasalnya pengungsi Rohingya meninggalkan negaranya karena terpaksa akibat konflik.
“Tahun 2021 jumlah orang yang meninggalkan rumahnya dalam keadaan terpaksa angkanya mencapai 89 juta orang, tahun ini angka itu sudah melampaui 100 juta orang,” ungkapnya.
Kendati demikian, UNHCR akan terus berkoordinasi dengan pemerintah mengenai penempatan para pengungsi Rohingya tersebut.
