Luhut Sebut Rumput Laut Salah Satu Komoditas Unggulan Indonesia

Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan kerja ke Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (29/2/2024). Foto: Dok. Humas Kemenko Marves

Bagikan

Luhut Sebut Rumput Laut Salah Satu Komoditas Unggulan Indonesia

Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan kerja ke Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (29/2/2024). Foto: Dok. Humas Kemenko Marves

MASAKINI.CO – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa potensi hilirisasi dari rumput laut di Indonesia sangat besar. Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang punya manfaat besar bagi ekonomi, kesejahteraan masyarakat, terutama di pesisir, dan lingkungan.

“Dari rumput laut kita dapat memproduksi biostimulant atau pupuk organik yang dapat membantu masalah subsidi pupuk dan ketahanan pangan. Bahan pangan, seperti pengganti gandum pada mie, yang dapat mengurangi impor gandum,” kata Menko Luhut dalam keterangannya saat kunjungan kerja ke Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (29/2/2024).

Luhut menerangkan bahwa Indonesia juga memiliki keunggulan alami sebagai produsen rumput laut karena berada di daerah katulistiwa, dimana matahari bersinar sepanjang tahun, sehingga budidaya rumput laut dapat dilakukan sepanjang tahun. Selain itu, laut Indonesia juga relatif tenang dan tidak ada topan atau tornado yang dapat merusak budidaya rumput laut.

Keunggulan lain ialah lebih dari 70 persen luas Indonesia adalah laut dengan 12 juta hektare dialokasikan untuk budidaya. Namun dengan segala keunggulan yang dimiliki, produksi rumput laut Indonesia masih belum optimal.

“Untuk bisa melakukan hilirisasi, salah satu kunci yang harus dilakukan adalah perbaikan di sisi hulu. Sama halnya dengan pertanian di darat, produktivitas dan efisiensi budidaya rumput laut harus terus ditingkatkan. Melalui karya anak bangsa, berbagai inovasi berupa mekanisasi dan penggunaan teknologi dilakukan untuk peningkatan produktivitas dalam skala yang besar,” jelasnya.

Menurut Menko Luhut, saat ini budidaya rumput laut baru mencapai 102 ribu hektare atau 0,8 persen saja. Apalagi lebih dari 60 persen ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas.

Ia menyampaikan melalui budidaya skala besar seluas 100 hektare dengan mekanisasi dan teknologi, banyak manfaat ekonomi yang dapat diraih yakni investasi sebesar 2-2.5 juta Dolar AS, penciptaan tenaga kerja langsung sebanyak 100-150 orang, produksi rumput laut basah 10-15 ribu ton per tahun, dan setara produksi biostimulant yang dapat mencakup 1-2 juta lahan pertanian.

“Bukan hanya nelayan Lombok saja yang akan mendapat manfaat, tapi nelayan dimana saja akan dapat manfaatnya. Kami ingin teknologi ini berkembang karena akan menciptakan lapangan kerja untuk satu juta dan mengurangi kemiskinan dan memberikan dampak pada masuatakat pesisir untuk lenih berkembang,” tambahnya.

Pemerintah akan mengakselerasi pengembangan industri laut secara komprehensif dan terukur. Dalam pilot project ini, Kemenko Marves bekerja sama dengan BRIN, KKP, Sea6, Prospera, MTCRC, Konservasi Indonesia, Universitas Mataram untuk mengevaluasi dampak proyek ini terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, kualitas air, ekosistem lingkungan dan potensi penyerapan karbon.

“Berbagai program akan dilaksanakan untuk mendukung akselerasi yang terintegrasi baik di hulu maupun sisi hilir,” tandasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist