‘Bandit Kecil’ di Samudra Hindia

Empat tersangka penyelundup etnis Rohingya di Aceh Barat dihadirkan polisi dalam konferensi pers, Selasa 2/4/2024. (foto: untuk masakini.co)

Bagikan

‘Bandit Kecil’ di Samudra Hindia

Empat tersangka penyelundup etnis Rohingya di Aceh Barat dihadirkan polisi dalam konferensi pers, Selasa 2/4/2024. (foto: untuk masakini.co)

MASAKINI.CO – HS (33 tahun) tak bisa berkutik saat diciduk satuan reserse kriminal kepolisian resor Aceh Barat dibantu personel direktorat kriminal khusus kepolisian daerah Aceh di gerbang tol Seulimeum, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar 25 Maret 2024 lalu.

“Dia ingin melarikan diri,” kata Kapolres Aceh Barat AKBP Andi Kirana dalam konferensi pers, Selasa (2/4/2024) kemarin.

Pria asal Desa Peuneulop, Kecamatan Labuhan Haji Timur, Aceh Selatan, itu disebut sebagai salah satu otak pelaku penyelundup pengungsi Rohingya ke Aceh Barat. HS tak sendiri, sedikitnya ada delapan orang yang terlibat penyelundupan manusia tersebut.

Lantas, siapa yang menyuruh dan mengendalikan jaringan penyelundup lokal ini bekerja?

Andi Kirana mengatakan ada agen penyelundup yang bermukim di Malaysia memerintahkan HS menjemput pengungsi Rohingya di perairan laut Sabang. HS lalu merekrut beberapa orang yang bernyali melakukan pekerjaan ilegal itu.

Menggunakan kapal motor (KM) Rizky Nelayan, orang rekrutan HS lalu pergi menjemput ‘paket’ di tengah laut.

Di dalam kapal ada M (46) warga Desa Kuta Iboh, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, E (49) warga Desa Peuneulop, Labuhan Haji Timur, dan HI (25) warga Desa Drien Kipah, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).

Selain itu juga ada S warga Idi Rayeuk, Aceh Timur, K warga Labuhan Haji, Aceh Selatan, R dan MK alias Pak Cik warga Abdya.

Selain MK yang berusia 45 tahun, tiga orang lainnya diperkirakan berumur 40 tahun. Mereka semua berhasil kabur dan telah ditetapkan polisi sebagai DPO.

Bagaimana jaringan penyelundup lokal ini terbongkar?

Rabu 20 Maret 2024 sekira pukul 7 pagi, Taufik seorang nelayan di Kuala Bubon pergi melaut seperti biasanya. Saat sedang bekerja itu dia melihat ada orang terkatung-katung di tengah laut. Mereka tampak masih hidup. Taufik lalu menolong membawanya ke darat.

“Yang ditolongnya ini adalah DPO inisial S, K, R, dan MK alias Pak Cik,” ujar Andi.

Selang beberapa jam kemudian di hari yang sama, kembali seorang nelayan Kuala Bubon bernama Samsul menolong enam orang dari tengah laut.

Setiba ke daratan, dari enam itu baru diketahui lima di antaranya adalah etnis Rohingya. Sedangkan satu orang lagi ternyata warga Aceh Selatan inisial M. Pria 46 tahun itu lalu diamankan ke kantor polisi.

Sementara lima Rohingya diinapkan ke kantor Camat Samatiga. Kepada siapa saja yang menengok, mereka mengaku ada puluhan Rohingya lainnya masih terkatung-katung di atas lambung kapal yang terbalik. Memohon ditolong.

Tim SAR gabungan berhasil menyelamatkan etnis Rohingya yang mengalami kecelakaan kapal di perairan Aceh Barat, Kamis 21/3/2024. (foto: Basarnas Banda Aceh)

Kamis 21 Maret 2024. Puasa hari kesepuluh bulan Ramadan sedang dijalani masyarakat Aceh. Cuaca siang itu amat terik. Tapi panggilan kemanusiaan mendorong puluhan personel SAR gabungan yang dikoordinir Basarnas Banda Aceh mengevakuasi 69 pengungsi Rohingya dari tengah laut ke daratan Meulaboh.

Tiba di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Suak Indra Puri, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, polisi langsung dengan mudah memindai dua orang yang berbeda dari 69 yang diselamatkan itu. Keduanya ialah E (49 tahun) warga Aceh Selatan dan HI (25 tahun) asal Abdya.

Kicauan M, E, dan HI yang diperiksa penyidik polisi Polres Aceh Barat inilah, akhirnya ‘bandit kecil’ jaringan penyelundup Rohingya jalur Samudra Hindia itu terbongkar. Mereka bertiga juga kompak menyebut nama HS, sebagai dalang utama.

Berapa mereka dibayar?

Usai tertangkap di gerbang tol Seulimuem, kepada polisi HS mengaku memperoleh bayaran dari agen Rp5 juta per kepala untuk membawa transit Rohingya ke wilayah Aceh sebelum menjangkau daratan Malaysia.

Dalam rencana yang mereka susun, setelah berhasil dijemput di perairan Sabang, para pengungsi Rohingya yang berangkat dari Bangladesh itu bakal diturunkan di Ujong Raja, Nagan Raya.

“Baru setelah itu diangkut menggunakan truk menuju Tanjung Balai, Sumatra Utara. Dari sana pengungsi akan diseberangkan ke Tanjung Selangor, Malaysia,” ungkap AKBP Andi Kirana.

Tapi semua rencana gagal ‘ditelan’ Samudra Hindia. Kapal mereka terbalik. Puluhan etnis Rohingya diperkirakan tewas. Sedang HS dan tiga rekannya terancam diterungku 15 tahun penjara.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist