Wamenkominfo Nezar Patria Puji MJC yang Didirikan AJI Banda Aceh

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, saat melihat Muharram Journalism College (MJC) yang didirikan AJI Banda Aceh, Kamis 9/5/2024 (foto: dok AJI Banda Aceh)

Bagikan

Wamenkominfo Nezar Patria Puji MJC yang Didirikan AJI Banda Aceh

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, saat melihat Muharram Journalism College (MJC) yang didirikan AJI Banda Aceh, Kamis 9/5/2024 (foto: dok AJI Banda Aceh)

MASAKINI.CO – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengunjungi Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh, Kamis (9/5/2024) siang. Dalam kunjungan itu, Nezar berdiskusi soal kebebasan pers dan tantangan media di era disrupsi digital.

Kedatangan Nezar disambut Ketua AJI Banda Aceh Juli Amin, Koordinator Wilayah Sumatra AJI Adi Warsidi, dan sejumlah anggota AJI Banda Aceh.

Nezar juga sempat melihat keberadaan Muharram Journalism College (MJC) yang didirikan AJI Banda Aceh. Menurutnya, sekolah jurnalistik ini lahir jauh sebelum ada sekolah serupa di tingkat AJI nasional.

“Muharram Journalism College menjadi pilot project,” katanya.

Nezar mengaku juga menjadi saksi bagaimana perjalanan MJC melahirkan banyak jurnalis. “Saya berharap Muharram Journalism College ini bisa kita perkuat dengan sejumlah program,” katanya.

Menurut Nezar, jurnalisme di Indonesia kini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, kebebasan pers semakin matang dalam proses transisi demokrasi Indonesia. Di sisi lain, disrupsi digital menghadirkan berbagai persoalan baru, mulai dari pengelolaan arus informasi hingga keberlanjutan media.

“AJI ini saya kira punya sejarah yang panjang untuk menjaga kebebasan pers. Dan di dalam transisi demokrasi Indonesia, saya kira isu demokrasi dan kebebasan pers semakin matang,” kata pria yang juga mantan Ketua AJI Indonesia ini.

Ia menekankan bahwa kebebasan pers di era digital bukan persoalan tentang kontrol dari negara, tapi bagaimana mengelola arus informasi yang begitu deras.

“Ya, karena semua orang sekarang bisa memproduksi informasi. Bisa mendistribusikan informasi,” tuturnya.

Media mainstream mengalami penurunan drastis, dan media besar bergulat untuk bertahan. Di tengah situasi ini, jurnalisme dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk isu kesejahteraan jurnalis.

Di forum-forum internasional yang diikuti Nezar kerap didiskusikan bagaimana mempertahankan good journalism (jurnalisme yang berkualitas) di tengah disrupsi digital. Namun, tuturnya, sejauh ini belum ada resep jitu menghadapi perubahan teknologi yang begitu cepat terjadi.

Di sisi lain, menurut Nezar, pemerintah punya perhatian serius untuk persoalan ini dengan mengeluarkan Perpres Publisher Right dalam rangka menjamin keberlangsungan media.

“Kami harap terobosan-terobosan untuk menjaga good journalism ini salah satu agenda besar untuk organisasi wartawan, termasuk AJI, seluruh dunia menghadapi hal ini secara global,” kata Nezar.

Ia berharap AJI dapat memberikan kontribusi lebih dalam menjaga jurnalisme berkualitas, terutama di tengah disrupsi digital.

“AJI dengan sejarahnya yang panjang dan komitmennya cukup kuat terhadap jurnalisme yang profesional, terutama jurnalisme yang bermutu. Ya tentu saja diharapkan memberikan kontribusi yang lebih ya untuk menjaga yang namanya good journalism itu,” ujarnya.

Khusus di Aceh, dengan situasi pascakonflik, diperlukan kearifan lokal dalam mentransformasi media dan memelihara jurnalisme berkualitas.

“Aceh tentu saja punya kearifan sendiri dalam melihat bagaimana transformasi media yang terjadi di sini dan memelihara yang namanya good journalism itu,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist