Menanti Datangnya Air ke Hilir

Fajri (31) memeriksa tanaman padi di area persawahan yang mengalami kekeringan. | Ahmad Mufti/masakini.co

Bagikan

Menanti Datangnya Air ke Hilir

Fajri (31) memeriksa tanaman padi di area persawahan yang mengalami kekeringan. | Ahmad Mufti/masakini.co

MASAKINI.CO – Dua bulan lamanya, petani di Aceh Besar khususnya di Kecamatan Darul Kamal kewalahan menghadapi kekeringan. Kondisi ini memperbesar potensi gagal panen.

Area pintu Irigasi Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar yang tidak dialiri air. | Ahmad Mufti/masakini.co

Seorang petani, Fajri (31) di Darul Kamal rela merogoh kocek sebagai upaya menyelamatkan padi dari kekeringan.

Tanaman padi di area persawahan yang mengalami kekeringan. | Ahmad Mufti/masakini.co

Kondisi ini telah dilaluinya sejak dua bulan lalu. Saat masa tanam tiba, kekeringan langsung melanda, ia terpaksa menggunakan pompanisasi melalui sumur bor pribadi dengan biaya harian sebesar Rp200 ribu.

Mesin air yang digunakan petani di area persawahan Darul Kamal, Aceh Besar. | Ahmad Mufti/masakini.co

Meskipun di lokasi persawahan di Kecamatan Darul Kamal juga memiliki saluran irigasi, namun tak dialiri air.

Aliran sungai yang melewati area persawahan mengalami kekeringan. | Ahmad Mufti/masakini.co

Pada dasarnya kata Fajri, area persawahan di wilayah Darul Kamal memang sawah tadah hujan yang hanya dapat dilakukan penanaman setahun sekali.

Fajri (31) memeriksa tanaman padi di area persawahan yang mengalami kekeringan. | Ahmad Mufti/masakini.co

Berbeda dengan dirinya, ada sebagian petani lain terpaksa pasrah karena tidak memiliki biaya untuk terus melakukan pompanisasi.

Fajri (31) mengecek mesin airnya di area persawahan. | Ahmad Mufti/masakini.co

Usaha Fajri tak hanya berhenti sampai pompanisasi, ia juga telah meminta ke pemerintah Aceh Besar dan berharap untuk dialiri air agar tanaman padi berhasil panen.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist