MASAKINI.CO – Suhu panas menyala nyaris melanda seluruh kabupaten kota di Aceh dalam sebulan terakhir. Teriknya matahari dengan suhu udara di atas 35 derajat Celcius ini sudah diprediksi oleh Badan Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika Stasiun Klimatologi Provinsi Aceh sejak awal 2024.
Kepala Stasiun Klimatologi Aceh, Muhajir mengungkapkan kondisi suhu panas disebabkan adanya sirkulasi angin monsun Australia menuju Asia yang melewati wilayah Aceh. Sehingga saat kondisi itu terjadi potensi pembentukan awan hujan sangat sedikit.
“Maka identiknya saat angin Monsun Australia, terjadi angin baratan ataupun angin kencang dan tidak ada udara basah,” kata Muhajir kepada masakini.co, Selasa (23/7/2024).
Ia menjelaskan, pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Akibatnya, sirkulasi angin di Indonesia termasuk Aceh berubah arahnya secara musiman, atau biasa disebut angin monsun.
Sirkulasi angin monsun ini mengalami perubahan arah setiap kurang lebih enam bulan sekali. Maka kini Provinsi Aceh tengah berada di puncak musim kemarau.
“Sedangkan mulai Oktober hingga Desember mendatang, Aceh masuk musim penghujan dengan sirkulasi angin monsun Asia,” jelasnya.
Beberapa waktu lalu, suhu udara panas pada siang hari sempat menyentuh angka tertinggi mencapai 37,8 derajat Celcius. Wilayah Banda Aceh, Aceh Besar dan Sabang menjadi wilayah dengan suhu tertinggi.
Menurut Muhajir, Stasiun Klimatologi Aceh memiliki alat observasi suhu panas secara manual dan otomatis. Perbedaannya dilakukan dalam rentan waktu observasi per menit dan observasi yang dilakukan setiap jam sekali
Hasil monitoring, kata dia, sebagian besar wilayah Aceh tak terjadi hujan sejak 10 hari terakhir secara berturut-turut.
“Identiknya saat musim kemarau hingga tujuh hari ke depan bakal terjadi hujan deras sesekali, tapi kita masih masuk musim kemarau,” terangnya.
Muhajir mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan agar tidak terpapar langsung sinar UV yang tinggi. Masyarakat diminta untuk menjaga kondisi suhu tubuh dengan rajin minum air dan vitamin untuk meminimalisir risiko dehidrasi.
“Kemudian bagi masyarakat yang beraktivitas di laut juga berhati-hati karena potensi gelombang tinggi dari fenomena ini mungkin terjadi,” katanya.
“BMKG selalu memonitor bagaimana kondisi suhu, masyarakat dapat terus mengupdate informasi resmi dari BMKG,” pungkasnya.