MASAKINI.CO – Suhu panas yang terjadi sejak sebulan terakhir di Aceh Besar mendatangkan untung bagi petani garam. Salah satunya dialami petani produksi garam di Gampong Lam Ujong, Kecamatan Baitussalam.
Asosiasi kelompok petani garam di sentra produksi garam Aceh Besar, Azhar (60), mengatakan saat ini ia mampu memproduksi garam hingga 100 kilogram per hari. Peningkatan ini terjadi sejak beberapa bulan terakhir karena kemarau panjang.
“Alhamdulillah permintaan setiap hari ada, dan selalu habis 100 Kg,” kata Azhari kepada masakini.co, Kamis (1/8/2024).
Ia menjelaskan musim kemarau menguntungkan petani garam karena proses pengkristalan garam menjadi lebih cepat dari biasanya yang memakan waktu mencapai dua minggu. Kondisi ini menyebabkan petani mampu memasak garam hingga dua kali sehari.
Sementara untuk harga jual garam ditingkat petani jadi lebih murah dibandingkan harga saat musim hujan. Azhar menyebutkan saat ini ia menjual garam Rp6 ribu per kilogram.
“Sedangkan saat musim hujan, garam kami jual Rp7 ribu, karena proses memasak garam jadi terkendala,” jelasnya.
Menjalani profesinya sebagai petani garam lebih dari 30 tahun, Azhar mengaku sedikit kewalahan dalam proses produksi. Sebab plastik untuk penampungan air asin dibanderol dengan harga mahal dan barang itu tak ada dijual di Aceh.
“Jadi ini sulit bagi kita, harus beli di Jawa dan harganya pun mahal,” ungkapnya.