Yang Jarang Diketahui Wisatawan dari Pesona Lain Sabang

Sebuah monumen bertinta emas yang menjelaskan sejarah singkat pusat karantina haji di Pulau Rubiah, Kota Sabang. (foto: dok masakini.co)

Bagikan

Yang Jarang Diketahui Wisatawan dari Pesona Lain Sabang

Sebuah monumen bertinta emas yang menjelaskan sejarah singkat pusat karantina haji di Pulau Rubiah, Kota Sabang. (foto: dok masakini.co)

MASAKINI.CO – Mendengar kata Sabang barangkali spontan yang terpikirkan oleh Anda adalah pesona laut yang indah. Atau “Tugu Kilometer Nol Indonesia”. Atau bermain air di Iboih. Melihat sunset di Sumur Tiga.

Ya, semua itu tak salah. Sabang memang daerah primadona wisata di Provinsi Aceh. Keindahan bawah lautnya jadi salah satu yang terbaik di Indonesia. Makhluk penghuni bawah lautnya pun beragam, bahkan ada beberapa spesies yang tak ada di tempat lain.

Terumbu karang tempat ikan-ikan cantik bermain, terhampar sepanjang Iboih hingga ke Batee Tokong. Pilihan wajib destinasi bagi banyak wisatawan kala berkunjung ke Sabang.

Suasana di Pulau Rubiah, Kota Sabang. (foto: dok masakini.co)

Tapi hanya sedikit yang tahu bahwa Sabang menyimpan kekayaan lain dari gemerlap kepariwisataannya. Harta karun itu tertutup rimbunnya hutan di Pulau Rubiah, sebuah tempat yang berjarak sekitar 22 kilometer dari Kota Sabang.

Rubiah bukan tidak terkenal. Selama ini wisatawan hanya mengetahui disana adalah tempat terbaik snorkeling melihat ikan-ikan ragam warna. Air lautnya yang bening jadi magnet kuat menarik orang untuk berbondong-bondong datang.

Padahal di tahun-tahun sekitar 1920, sebelum Rubiah masyhur seperti sekarang, pulau yang bersemuka tak lebih dari 200 meter dengan daratan Iboih ini, telah lebih dulu melambung namanya.

Ada situs sejarah penting yang berada di tengah pulau itu. Bangunan berkelir putih yang tampak telah mengelupas tersebut, bukti betapa Rubiah bukan hanya seonggok pulau yang baru terkenal pada masa kini.

Bangunan itu adalah Karantina Haji. Dibangun Pemerintah Kolonial Belanda. Jika manut pada sejarah, inilah cikal bakal embarkasi haji di Indonesia bermula.

Bangunan ini fungsinya dulu untuk karantina. Tempat singgah sekaligus cek kesehatan orang-orang Nusantara yang pergi dan pulang haji dari Tanah Suci.

Sebelum ada vaksin seperti saat ini, orang yang akan berangkat dan pulang dari luar negeri besar kemungkinan membawa penyakit. Sehingga, setiap jemaah wajib dikarantina dengan tujuan terbebas dari wabah penyakit. Di Pulau Rubiah inilah tempat penapisannya.

Pada masanya fasilitas karantina haji di Pulau Rubiah hebat dan canggih. Terdapat beberapa gedung untuk penginapan. Rumah sakit. bangunan komunikasi. Gedung listrik dan fasilitas air bersih. Dermaga untuk sandar kapal juga besar.

Salah satu bangunan peninggalan dari pusat karantina haji di Pulau Rubiah, Kota Sabang. (foto: dok masakini.co)

Namun, sebagian fasilitas itu telah lenyap. Kini hanya tinggal bangunan yang engsel jendelanya menanti lepas. Gedung tua ini sepi dalam keramaian Pulau Rubiah.

Padahal akses jalan ke bangunan karantina haji itu gampang. Dari muka dermaga Rubiah telah dibangun jalan setapak. Cuma butuh waktu 10 menit dengan kontur jalan menanjak, lalu sampai ke bangunan itu.

Lumayan mudah untuk ditemui wisatawan. Sebab, juga terpasang plang penunjuk arah. Sesampai di sana, tampak monumen bertinta emas setinggi satu meter terpacak. Berisi informasi singkat tentang bangunan tersebut.

Sayangnya, bangunan penuh sejarah ini jarang disambangi. Barangkali itu jugalah yang membuat semak belukar cepat merayap dan menutup bangunan karantina haji itu.

Semestinya bangunan tersebut dikelola dengan baik. Perlu dipugar dan dirawat. Fungsinya bisa menjadi museum. Tinggal menata promosi, penggerak ekonomi Sabang pun tumbuh satu lagi dari wisata sejarah.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist