MASAKINI.CO – Jelang peringatan bencana tsunami tahun 2004 silam, Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KNPRBBK) XVI akan segera berlangsung pada tanggal 30 September hingga 5 Oktober 2024 di Hotel Rumoh PMI, Banda Aceh.
Acara ini diselenggarakan secara hybrid, baik daring maupun luring, dan dihadiri lebih dari 1.500 peserta dari berbagai lembaga, komunitas, serta praktisi kebencanaan di Indonesia.
KNPRBBK XVI tahun ini mengusung tema “Membangun Ketangguhan Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Indonesia-Peringatan 20 tahun Tsunami Aceh”.
Tema ini diangkat sebagai refleksi atas perkembangan pengelolaan wilayah pesisir yang rawan bencana, seperti tsunami, abrasi, dan dampak perubahan iklim. Konferensi ini sekaligus menjadi momentum memperingati 20 tahun bencana Tsunami Aceh yang terjadi pada 2004 lalu.
Ketua Steering Committee KNPRBBK XVI, Petrasa Wacana, menyampaikan bahwa peta jalan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) 2024-2045 akan menjadi acuan utama untuk mencapai ketangguhan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
“Ini juga sekaligus menjadi ajang untuk penguatan peran komunitas di Indonesia, khususnya kawasan pesisir yang rentan terhadap bencana,” ujar Petrasa dalam keterangannya resminya, Minggu (29/9/2024).
Ada sejumlah sasaran utama yang ingin dicapai yakni merumuskan kebijakan dan strategi yang terkoordinasi untuk pencapaian target-target PRBBK di wilayah rawan bencana.
Kemudian juga memberikan dukungan teknis kepada entitas PRBBK untuk mencapai peta jalan PRBBK 2024-2045, menguatkan forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di daerah agar dapat mendukung perumusan rekomendasi di tingkat lokal, mengadvokasi program berbasis masyarakat, serta menjadikan komunitas sebagai pemimpin dalam gerakan PRBBK.
Lalu juga membangun ketangguhan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil untuk menghadapi ketidakpastian bencana serta dampak perubahan iklim.
Menurut Petrasa, KNPRBBK XVI tahun ini terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu;
Tahapa pertama, kegiatan ini telah dilaksanakan di berbagai wilayah pembangunan Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Bali-NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.
Tahap kedua, hasil dari berbagai wilayah akan disintesis menjadi dokumen kerja yang akan dibahas dalam sidang pleno di Banda Aceh. Kegiatan konferensi ini mencakup rapat pleno, workshop tematik, pameran (exhibition), serta sesi-sesi tematik di luar pleno (side event) yang akan dihadiri oleh pakar, akademisi, dan praktisi dari berbagai bidang.
Lalu tahap ketiga, akan menjadi proses komunikasi dan advokasi hasil-hasil konferensi untuk perubahan kebijakan dan praktik di tingkat nasional dan regional agar dapat memberikan dampak yang lebih luas dalam pengelolaan risiko bencana.
Lebih dari 100 lembaga yang peduli terhadap isu kebencanaan telah menyatakan dukungan dan keterlibatannya dalam KNPRBBK XVI 2024.
“Diharapkan hasil konferensi ini dapat menjadi panduan dalam mencapai resiliensi masyarakat dan menjawab tantangan terkait bencana serta perubahan iklim di masa depan,” pungkas Petrasa.