Tabungan Ilmu ‘Penumpang Gelap’

Pesepakbola Pidie lintas angkatan di SSB Champions | foto: Istimewa

Bagikan

Tabungan Ilmu ‘Penumpang Gelap’

Pesepakbola Pidie lintas angkatan di SSB Champions | foto: Istimewa

MASAKINI.CO – Puluhan pesepakbola muda Pidie sudah tiba di Stadion Kuta Asan, Sigli. Mereka menunggu pelatih SSB Champions, Riza Fandi dan Muhajir yang baru saja kembali, usai terlibat di tim sepakbola PON Aceh.

Sempat off sejenak, sejak kick-off hingga perebutan medali perunggu PON Aceh, Champions mulai kembali berlatih sekitar pukul 15.15 WIB, Senin (23/9/2024).

Para pemain, telah lama menanti Fandi dan Muhajir. Juga Safrizani, pelatih Champions, yang lebih dulu terlibat di tim sepakbola PON Aceh. Bahkan sejak penjaringan bakat.

Sama dengan pemain. Fandi juga dalam semangat yang meletup-letup. Ada pengalaman dan ilmu, yang ia dulang selama terlibat di tim PON Aceh. Latihan pun dimulai sebagaimana mustinya. Di sela-sela jeda mengikuti program, sesekali mereka berbagi tawa.

“Anak-anak memang terlihat begitu antusias. Karena sudah lama ditinggal sebab PON,” kata Fandi.

Sore itu, sekitar 23 pemain sengaja dihadirkan. Fandi merincikan, pemain Champions yang terlibat mulai dari angkatan 2005 hingga 2010.

“Itu memang pemain pilihan di tim. Masing-masing angkatan ada targetnya,” bebernya.

Untuk angkatan 2005-2006, dipersiapkan ke Liga 3 Aceh musim ini. Angkatan 2007-2008 persiapan untuk Piala Soeratin U-17, kemungkinan akan keluar dengan nama PSAP. Sedangkan angkatan 2009-2019, juga digembleng untuk Soeratin U-15.

“Target kami jangka panjang, Pekan Olahraga Rakyat Aceh (PORA) 2026. Pemain kelahiran 2007 sampai 2009 mungkin,” ungkapnya.

Menyerap Ilmu

Fandi tidak menampik, bahwa kesempatan terlibat bersama tim sepakbola PON Aceh adalah anugerah. Mukhlis Rasyid (MR) yang membuka jalan baginya untuk bergabung. Semuanya bermula ketika seleksi tahap akhir 120-an calon pemain PON Aceh, di Sigli. Beberapa bulan silam.

Fandi ikut menyaksikan proses seleksi dari tribun. Melihat calon pesepakbola PON Aceh unjuk kebolehan. MR salah satu senior Fandi, yang saat masih aktif sebagai pemain, pernah sama-sama berseragam PSAP. Di momen seleksi tersebut, MR menghampirinya.

“Kalau tidak ada kegiatan, bantu saya. Kata MR waktu itu. Saat pemain sudah mengerucut 24 orang, juga disampaikan kembali. Kalau saya tidak sibuk, bantu MR,” ungkapnya.

MR sejatinya tahu, bahwa di masa itu Fandi juga mempersiapkan tim sepakbola Pidie untuk mengikuti ajang POPDA. Bahkan MR, disampaikan Fandi, turut mengajak latihan bersama tim PON Aceh. Tim POPDA Pidie, akhirnya meraih medali emas POPDA Aceh 2024.

Sebelum diajak, sejujurnya dalam batin Fandi sudah terniat untuk ikut bergabung. Walau ia melihat kemungkinan, tanpa SK. Karena tim pelatih sudah diisi Safrizani, Fakhrurrazi, hingga pelatih kiper, Sukirmanto. Kecuali Munanda Faisal, pelatih fisik yang baru bergabung setelahnya.

Visi Fandi satu, menyerap ilmu. Diakuinya, MR tampak peka membaca gelagat Fandi. Singkatnya, mereka bekerjasama. Apalagi tim sepakbola PON Aceh, awalnya pemusatan Pelatda di Sigli.

“Momen di PON itu langka. Hanya orang-orang tertentu bisa terlibat, bahkan untuk bantu pun. Kebetulan MR sudah lama saya kenal. Walau tidak saya sampaikan secara lisan, namun dari sisi batin (sejujurnya) saya memaksakan diri untuk masuk dalam staf. Kalau tidak ada SK, tidak masalah,” aku Fandi.

Sebagai ‘penumpang gelap’ di staf kepelatihan PON Aceh. Tidak ada nada miring yang sampai ke telinganya dari praktisi sepakbola di Tanah Rencong.

Boleh jadi, kata Fandi, karena sebelum PON, ia bersama Safrizani, meraih emas di ajang PORA untuk Pidie. Fandi, membawa Pidie berkalung emas di ajang POPDA, bersamaan ketika ia sudah terlibat di tim PON Aceh.

Di tim sepakbola PON Aceh, ada banyak peran di balik sorot kamera yang dijalankan Fandi.

“Saya harus ambil peran. Bercanda. Karena pemain sudah pasti segan dengan MR. Ditambah Safrizani, yang karakternya cenderung serius. Saya ingin menjadi penyeimbang,” tuturnya.

Berkat perannya di tim, para staf lainnya kerap memanggil Fandi dengan sebutan ‘ketua kelas’. Gimiknya yang pandai ngebanyol, membuat anak-anak PON Aceh rileks. Sesekali ia mengajarkan dance untuk selebrasi.

Riza Fandi dan Muhajir ketika membantu proses latihan tim sepakbola PON Aceh | foto: Safri Pampum

Mendidik Akar Rumput

Ada banyak ilmu yang ia peroleh selama di tim sepakbola PON Aceh. Terutama dari MR, begitu pengakuan Fandi. MR, orang yang yang sejak awal menjadi komando dalam pembentukan tim Aceh.

“Ilmu dari MR banyak. Mungkin karena MR banyak mengadopsi dari coach Fakhri ketika PON Papua. Dan saya kagum dengan MR. Baik dari segi kepribadian, maupun dari segi melatihnya,” aku Fandi.

Sedangkan Rasiman, pelatih kepala PON Aceh, terlibat belakangan. Fandi juga menyerap ilmunya. “Dari coach Rasiman di awal-awal ada saya ambil, orangnya detil,” ujarnya.

Selama belajar di tim sepakbola PON Aceh. Fandi cermat berbagi waktu. Ia tercatat sebagai security di PLN Pidie. Ketika tim sepakbola PON Aceh sudah bertolak ke Banda Aceh, jelang kick-off PON XXI Aceh Sumut 2024, Fandi mengurus surat dispensasi kerja.

“Alhamdulillah PLN support. Supervisor mendukung penuh, selama saya bisa atur waktu. Saya juga lapor,” bebernya.

Kesempatan bersama PON Aceh sangat berarti untuk pengalaman dan tabungan ilmunya. Secara momen, kata Fandi, terasa sangat istimewa. Karena belum tahu, kapan lagi Aceh menjadi tuan rumah.

Bekal ilmu tersebut, akan dimanfaatkan Fandi untuk mendidik bibit muda di akar rumput.

“Saya tidak berambisi sekali untuk jadi pelatih kepala. Saya condong senang di pembinaan. Event junior, mungkin saya tampil. Untuk pegang tim (senior) belum kepikiran,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist