MASAKINI.CO – Stadion Mandala Krida dipenuhi pendukung tuan rumah. Sore itu, PSIM Jogja sedang bertarung dengan lawannya Persijap Jepara, Rabu (2/10/20224).
Di tribun timur stadion, seorang penonton asal Aceh ikut menyokong tim kebanggaan warga ‘Kota Wisata’. Untuk kedua kalinya.
Dia Muhammad Ikbal. Sudah dua minggu ia berada di Yogyakarta. Berlibur usai menyelesaikan pekerjaan di Palembang.
“Senang nonton PSIM Jogja, karena ada pesepakbola Aceh yang main, Muammar,” ungkapnya.
Sejak pukul 14.30 WIB, dari rumah kerabatnya, Mirza Abdulllah di Jalan Kaliurang, KM 5. Dua sejawat ini bergegas ke stadion.
“Kurang lebih 30 menit perjalanan,” bebernya.
Antusiasme menyaksikan pertandingan itu telah ia persiapkan jauh-jauh hari. Tiga hari sebelum laga, Minggu, Ikbal mengular bersama pendukung tuan rumah, antri membeli tiket PSIM vs Persijap.
“Antre dari jam 10.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Terpaksa beli tiket offline, karena tiket online waktu itu tidak tersedia lagi,” bebernya.
Bagi Iqbal, proses tersebut tidak meredupkan semangatnya ke stadion. Baginya, apapun tim sepakbola di Indonesia, selama ada pemain Aceh, hasrat hadir langsung memberikan dukungan, merangsang gairah.
“Selain klub dari Aceh, sebetulnya tidak ada tim favorit lain. Tapi kalau ada pemain Aceh, itu pasti terasa terpanggil. Untuk nonton langsung,” sebut Ikbal.
Sore itu, dari tribun timur bersama Mirza. Dua alumni Dayah Jeumala Amal tersebut mengerahkan dukungan penuh untuk PSIM. Menikmati setiap aksi Muammar, yang tampil sejak menit pertama, hingga pertandingan berkesudahan dengan skor kacamata 0-0.

Dari sejumlah pertandingan yang sudah dilakoni PSIM di Liga 2 musim 2024/25, gelandang asal Aceh Timur tersebut, namanya sedang dipuji-puji oleh Brajamusti, suporter PSIM. Berkat penampilan apik. Mantan pemain Persiraja musim lalu itu, merupakan salah satu puzzle penting dari skema pelatih Seto Nurdiantoro.
“Saya tidak sempat berjumpa atau berfoto dengan Muammar. Dia fansnya banyak, hehe,” sebut Ikbal.
Sejujurnya, menurut pengakuannya, Ikbal sempat menghubungi Muammar lewat Direct Message (DM) Instagram. Namun tidak terbaca oleh pemilik nomor punggung 16 di PSIM itu. Tujuan Ikbal satu, menanyakan informasi tiket.
“Itu pas kali pertama nonton PSIM vs Adhyaksa FC, Minggu (15/9/2024). Karena tiket online maupun offline sudah tidak tersedia,” tuturnya.
Namun Ikbal tak kehabisal akal. Dia tetap ke stadion. Dengan bundling tiket; membeli produk Taro, sponsor PSIM Jogja. Ia mendapatkan produk tersebut berupa snack, plus tiket VIP. Dengan harga Rp 100 ribu.
Selama menyaksikan pertandingan PSIM, Ikbal mengenakan kaos warna navy. Ada tulisan tebal di dada: Laskar Mataram. Kaos tersebut ia beli langsung di PSIM Store.
“Ini bentuk dari mendukung industri sepakbola Indonesia, dengan membeli merchandise resmi,” ujarnya.
Secara terpisah, kepada masakini.co, malamnya, Muammar berterimakasih atas dukungan langsung warga Aceh. Yang datang jauh-jauh, memberikan semangat untuknya membantu PSIM meraih poin.
“Saya juga minta maaf atas DM yang tidak terbaca. Mohon dimaklumi. Karena DM-nya masuk ke permintaan. Jadi tidak langsung nampak. Sekali lagi, terimakasih banyak,” ucap Muammar.
Sembilan Stadion
Selama di Jogja, bukan pertandingan PSIM saja yang Ikbal tonton. Ia bahkan sempat bertolak ke Jawa Tengah, untuk menyaksikan dua laga Liga 1, PSS Sleman vs Arema dan PSS Sleman vs Malut United. Kebetulan, PSS pindah kandang ke Manahan.
“Di Malut juga ada pemain Aceh. Kipernya M Fahri,” kata Ikbal.
Hingga 2024, sudah sembilan stadion di luar Aceh yang Ikbal sambangi. Seperti Stadion; Teladan (Medan), Jakabaring (Palembang), Kaharuddin Nasution (Pekanbaru), Gelora Bung Karno (Jakarta), Maguwoharjo (Sleman), Manahan (Solo), Kapten I Wayan Dipta (Bali), Segiri (Samarinda), dan Mandala Krida (Jogja),
“Nonton di stadion selain di Aceh, dimulai sejak tahun 2014. Pertama kali Stadion Teladan, markas PSMS Medan. Kalau yang paling jauh, sejauh ini, Segiri Samarinda, nonton Borneo FC,” kenangnya.
Sering berpindah-pindah tempat kerja, membuka kesempatan baginya bisa menyaksikan pertandingan sepakbola di Indonesia. Pria kelahiran 1989 ini merupakan Project Manager di sebuah perusahan swasta, yang bergerak di bidang Informasi dan Teknologi (IT).
“Vendor untuk perusahaan yang membutuhkan jasa kami. Biasanya selesai sesuai durasi project, bisa satu, tiga bulan, atau lebih. Seringnya untuk perusahaan batubara,” jelasnya.
Kecintaannya untuk menyaksikan sepakbola langsung ke stadion sudah berlangsung lama. Suatu ketika, saat masih berseragam putih abu-abu. Ikbal pernah nekat bolos dari dayah (pesantren), demi menyaksikan laga PSSB Bireuen vs Persija Jakarta, November 2007.
“Waktu itu Persija kipernya masih Hendro Kartiko. Strikernya masih Bambang Pamungkas,” kenang Ikbal.
Meski sudah menapaki sembilan stadion dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, hingga Pulau Kalimantan. Hasratnya untuk menyambagi stadion lain di tanah air, masih dirawat. Suatu waktu, bila kesempatan ada, Ikbal ingin menambah pengalaman baru, menyaksikan pertandingan sepakbola di stadion yang belum ia datangi.
“Masih banyak stadion di Indonesia yang belum saya sambangi. Saya belum terpikir untuk menjelajahi stadion luar negeri. Berharap, siapa tahu, bisa menuntaskan stadion di Indonesia dulu,” bebernya.
Sepegalaman perjalanan ke stadion yang sudah ia tempuh. Persamaan penonton di Indonesia satu, reaksi terhadap perangkat pertandingan yang dianggap tidak menguntungkan atau keliru, langsung ditunjukkan dengan koor sumpah serapah di stadion.
“Perbedaan penonton di Aceh, di (terutama) Pulau Jawa, kreatifitas koreografi pendukung sangata atraktif,” jelasnya.
Bagi Iqbal, satu yang pasti. Sepakbola adalah passion. Setiap kali tiba di kota-kota baru, selama ada pertandingan sepakbola. Dia pasti menyempatkan waktu untuk menyaksikan pertandingan.
“Hobi nonton di stadion. Kalau sudah di stadion merasa happy. Ada kepuasaan yang luar biasa,” pungkasnya.