MASAKINI.CO – Sebagai pesepakbola, Iftiqar Rizal tak pernah membayangkan di kemudian hari dirinya akan mengikuti latihan militer. Momen tersebut ia jalani justru di saat kompetisi Liga 2 masih berjalan.
Akhir pekan penghujung Oktober 2024, Persijap baru selesai bertanding dengan Adhiyaksa Farmel FC. Tiga poin sukses diamankan Persijap, untuk menutup putaran pertama.
Iftiqar bersama tim bergegas meninggalkan Stadion Sriwedari, Solo. Setelah berkemas, pukul 09.00 WIB, mereka langsung bertolak ke Pusat Misi Internasional Polri, Tanggerang Selatan, Banten.
Di bangku 17 bus BJO, pesepakbola asal Aceh Tamiang itu harap-harap cemas. Membayangkan, seperti apa latihan militer nantinya. Ada rasa seram, meski menyimpan kemungkinan seru juga. Pikirnya.
Tim Persijap tiba pagi, pukul 06.00 WIB di Pusat Misi Internasional Polri. Setelah proses sambutan, mereka diberikan sejumlah atribut. Seperti seragam PBB, rompi level II, baju dalam, sepatu, kaos kaki, hingga papan nama.
Disiplin harga mati. Meski baru saja menempuh perjalanan darat selama 9 jam. Mereka langsung dalam mode siap tempur. Atribut sudah dalam genggaman, lalu ke barak. Berganti pakaian. Sarapan bersama.
Para komandan dari Polri memperkenalkan diri. Menjelaskan teknis latihan. Mereka dibagi ke dalam empat grup. Harus menyelesaikan misi, melewati lima pos. Mulai dari menjawab soal, mendorong mobil UN, naik tebing, merangkak, latihan tembak, hingga merakit kapal dari bambu dan drum. Dan masih banyak lagi.
Hari pertama, setelah melewati sejumlah pos, penggawa Persijap rehat siang untuk Istirahat, Salat, Makan (Isoma). Iftiqar baru selesai menunaikan salat zuhur. Suara dentuman disertai cahaya semacam kilat mencuat dari dekat jendela. Sontak membuat mereka terkejut.
“Itu seperti bom flash (granat kilat). Semua kaget, langsung siap-siap lagi. Komandan mengajarkan kita untuk selalu siap siaga, cepat di segala kondisi,” ungkap Iftiqar.
Meski berasal dari Aceh, daerah yang notabene pernah dilanda konflik panjang. Tetap membuatnya terperanjat ketika mendengar suara ‘bom flash.’
Suasanan barak, memberikan sensasi tersendiri bagi psikologi Iftiqar dkk. Ada ketakutan, di samping adrenalin seru menyelesaikan misi. Itu bukan satu-satunya bom yang dilempar.
Hari kedua di Pusat Misi Internasional Polri, fajar belum menyingsing. Di tengah lelap sempurna, sebab baru selesai misi pukul 22.00 WIB. Lagi-lagi suara dentuman disertai cahaya, membuat pemain Persijap terjaga dari tempat tidur.
“Kami langsung bangun. Bom itu semacam alarm untuk salat subuh. Kami langsung ke musala salat subuh berjamaah,” kenangnya.
Ide Krishna Murti
Selama dua hari training camp di Pusat Misi Internasional Polri. Semua misi mereka taklukan. Kesan mendalam menjadi pengalaman bagi setiap pemain, sekaligus modal Persijap untuk menapaki putaran kedua Liga 2.
“Hampir mati rasanya, haha. Padahal intensitasnya sudah disesuaikan. Karena kami pemain bola,” bebernya.
Setiap momen diabadikan dalam bentuk vidio, oleh teman-teman Polri yang bertugas mengembleng anak-anak ‘Laskar Kalinyamat.’ Ketika vidio tersebut diputar ulang, satu sama lain saling menatap, ada canda, mengomentari ekspresi masing-masing kala ditempa.
“Tidak ada yang tidak seru. Apalagi ini pertama kali dalam hidup. Semuanya berkenan, sebab mampu menyelesaikan misi,” ujar Iftiqar.
Menurut mantan pemain Persiraja dan Gresik United itu, keputusan digembleng ala militer, banyak manfaatnya. Dihajar habis-habisan, katanya, untuk melihat batas kesanggupan berjuang. Sekaligus ujian kesabaran dalam kebersamaan.
“Bigitu pula dalam sepakbola. Harus bisa berpikir sepersekian detik, siap siaga. Di dalam lapangan, misalnya panik, pasti tidak bisa ngapa-ngapain,” terangnya.
Malam terakhir, mereka keluar dari barak Pusat Misi Internasional Polri. Dijamu makan malam di luar, oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Pol. Dr. Krishna Murti, S.IK., M.Si.
Dialah orang yang punya ide untuk menggembleng penggawa Persijap di sana. Krishna Murti merupakan Dewan Pembinan Persijap. Saat ini, Persijap bertengger di peringkat ketiga klasemen sementara.
Penyuka sepakbola di Jepara, masih memendam mimpi, agar tim kebangaannya lekas promosi ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia.