MASAKINI.CO – Menjelang peringatan dua dekade tsunami Aceh, pemerintah Amerika Serikat (AS) menggelar pameran bagaimana mereka hadir dan melakukan proses pemulihan pasca-bencana tsunami pada 2004 silam di Aceh.
Pameran yang digelar di lantai 3 Museum Tsunami, Banda Aceh, itu bertema ‘Kemitraan yang Tangguh’ diinisiasi Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat, USAID. Pameran terbuka untuk umum hingga Juni 2025.
Pembukaan pameran dihadiri Direktur USAID Jeff Cohen, Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA, Brigadir Jenderal Carla River dari Komando Indo-Pasifik AS dan sejumlah pejabat lainnya, Minggu (10/11/2024).
“Pameran ini mengenang mereka yang hilang sekaligus merayakan semangat luar biasa masyarakat Aceh dan dampak kuat dari kemitraan internasional,” kata Jeff Cohen.
Dalam pameran ini, pengunjung dapat menyaksikan berbagai artefak, tampilan visual, dan elemen interaktif yang mengisahkan bagaimana Amerika Serikat berkontribusi dalam membangun kembali Aceh.
Melalui USAID, Departemen Pertahanan, dan lembaga lainnya, AS mengalokasikan bantuan senilai lebih dari 400 juta dolar AS yang memberikan dampak langsung kepada lebih dari 580.000 warga Aceh yang terdampak bencana.
Selain itu, USAID juga menayangkan tiga film dokumenter mini yang menyoroti dampak dan kisah di balik rekonstruksi Aceh.
Film-film ini mengangkat cerita pembangunan jalan Banda Aceh-Calang sepanjang 146 kilometer, revitalisasi industri kopi Gayo di Aceh, serta peningkatan kemampuan mitigasi bencana di Indonesia.
Sementara itu Safrizal ZA menyampaikan tragedi tsunami membawa memori yang menginspirasi kesadaran baru akan pentingnya kesiapsiagaan dan kolaborasi dalam menghadapi bencana yang tidak dapat diprediksi.
“Masyarakat Aceh pasti mengingat dan berterima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat atas bantuan yang cepat dan tulus. Dukungan ini menjadi bagian tak terlupakan dari sejarah pemulihan kami,” ujarnya.
Dia berharap pameran tersebut bukan hanya sebatas untuk mengenang tragedi besar yang pernah menimpa Aceh 20 tahun lalu, tapi bisa menjadi inspirasi kepada siapa pun, termasuk generasi muda, dalam mempersiapkan diri belajar dari masa lalu pentingnya kolaborasi internasional dan ketangguhan dalam menghadapi bencana.
“Kita semua berharap bahwa dengan belajar dari masa lalu, Aceh dan Indonesia dapat semakin tangguh menghadapi masa depan,” kata Safrizal.