MASAKINI.CO – Sejumlah 43 wisatawan mancanegara melancong ke Aceh. Sembilan dari mereka berasal dari Brunai Darussalam, selebihnya dari Malaysia. Rombongan negara ASEAN ini, dilayani dengan baik oleh tour guide, Zulkiram.
Kurang lebih, sembilan tahun sudah Zul menjajakan jasanya di bidang wisata. Bisa melayani tamu dari ragam negara, bukan sekadar mata pencaharian untuknya. Namun juga ukhuwah.
“Bagi saya, tugas melayani turis bukan sebatas memberikan informasi, menjelaskan objek. Tapi juga membangun hubungan emosional, ukhuwah,” katanya kepada masakini.co.
Senyum tak lepas dari bibirnya, tanganya bergerak. Zul (sapaan) sedang menjelaskan peristiwa tsunami, tepat di objek wisata Kapal PLTD Apung, Punge Blang Cut, Banda Aceh.
Seorang laki-laki berpeci putih, berumur sekitar 50 tahun, berada di posisi paling belakang, tampak menyimak seksama. Tanganya memegang buku kecil. Ia menulis, setiap penjelasan dari Zul.
Kapal PLTD adalah objek kedua, setelah museum tsunami, yang dikunjungi di hari keempat turis tersebut salama di Aceh. Itu merupakan hari terakhir mereka. Setelah makan, Zul mengantarkan tamunya ke bandara.
“Saya nak tanyak balek, penjelasan yang telah saya sampaikan. Kira-kira berapa berat kapal PLTD apung?” ucapnya.
“Kalau tak salah, 2.600 ton. Betul kan?” jawab lelaki yang tadi mencatat.
Pertanyaan seperti itu kerap ditanyakan Zul, saat mau berpisah dengan tamunya. Hal ini diikhtiarkan, agar ada pelajaran yang melekat bagi sejumlah turis asing. Menjadi kesan, dan cerita untuk dibawa pulang ke negara masing-masing.
Di bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Zul mendapatkan pelukan hangat dari wisatawan. Suasana menjadi sedih. Itulah yang dimaksud Zul, jalan tour guide-nya, membangun hubungan emosional.
“Bandara biasanya menjadi tolak ukur. Kalau terharu, berarti ada ikatan batin, dari ukhuwah yang telah kita bangun,” ucapnya.
Kebersamaan Zul dengan tamu-tamunya itu, berlangsung selama empat hari tiga malam. Pria kelahiran 20 September 1989 itu mengaku, banyak pelajaran yang diperoleh selama menjadi pemandu wisata.
“Bahkan dulu, ini lucu sebenarnya, saat masih lajang, sebelum Covid-19, ada pelancong Malaysia hendak menjadikan saya menantunya,” kenang Zul.
Bermata pencaharian dengan menjual jasa, diyakini Zul, pelayanan menjadi keniscayaan. Ia memperhatikan detil kecil, melayani semaksimal mungkin.
Seperti katanya, untuk menyeberang jalan saja. Zul rela menemani satu per satu tamunya, hingga tiba di seberang. Bukan sekali seberang, satu rombongan.
“Excellent service wajib bagi saya. Mungkin karena itu pula, banyak pelancong dari Malaysia, merekomendasikan saya kepada yang lain,” ungkapnya.
“Bahkan ada yang berjanji kembali ke Aceh, dengan catatan saya sebagai tour guide-nya,” sambung Zul.
Turis dari Kelantan mendominasi tamunya. Saat memandu wisata, Zul juga mengamati dan saling belajar. Dituturkan oleh tamunya dari Kelantan, mereka memang gemar berpergian.
“Orang Kelantan punya karakter mirip orang Pidie. Suka merantau. Ini saya tahu, dari pengakuan mereka,” jelasnya.
Paruh baya menjadi rentang usia tamu Zul terbanyak. Mereka rata-rata pensiunan di kerajaan.
Jasa Tour Guide
Wisatawan mancanegara yang berwisata ke Aceh masih didominasi negara-negara ASEAN. Terutama Malaysia. Halal Tourism atau Wisata Religi di Bumi Serambi Mekkah tetaplah primadona, yang menggerakan pelancong negeri jiran.
“Paling ramai itu, November dan Desember. Karena percutian sekolah,” aku Zul.
Sepengalamannya menjadi tour guide lebih sewindu, geliat pariwisata Aceh terbilang menjanjikan. Dari jasa pandu wisata, rezeki lelaki yang pernah menjadi guru diniah ini, terasa kian lancar.
Bagi yang akan berwisata ke Aceh, untuk menggunakan jasanya, bisa mengambil per paket wisata. Atau boleh juga, hanya sebagai tour guide saja.
Paketnya beda-beda. Seperti: paket 4 hari 3 malam, atau 5 hari 4 malam. Khusus paket ini, biasanya turut menyeberang ke Sabang. Dan banyak paket lainnya.
“Harganya variatif. Tergantung paket, disesuaikan dengan jumlah wisatawan. Makin ramai, makin murah. Pun akan disesuaikan lagi dengan jenis penginapan yang dipilih pelangan,” jelasnya.
Selama di Aceh. Wisatawan akan didampingi, mengunjungi Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, hingga Sabang.
Objek wisata yang didatangi: Masjid Raya Baiturrahman, museum tsunami, kapal PLTD Apung, kapal apung Lampulo, Masjid Kubah Sawah, Masjid Rahmatullah Lampuuk, Pantai Lampuuk, sejumlah tempat kuliner khas Aceh, dan banyak lagi.
“Saya bisa dihubungi lewat Instagram @kiram.alhusein, atau via email tgkkiram@gmail.com,” sebutnya.