MASAKINI.CO – Di tengah pesona alam Aceh Jaya yang memukau, ada situs bersejarah yang menyimpan cerita kebesaran masa lalu.
Salah satu destinasi wisata religi yang paling banyak dikunjungi wisatawan atau peziarah, yakni makam Sulthan Salatin Alaiddin Ria’yat Syah atau lebih dikenal dengan Poe Teumeureuhom.
Poe Teumeuruhom merupakan seorang raja besar yang memerintah Aceh, sekaligus pendiri kerajaan Islam Negeri Daya pada tahun 1480 Masehi yang pusat pemerintahannya berada di Lamkuta dan Kuta Dalam.
Beliau dikenal sebagai salah satu sosok pemimpin yang arif dan bijaksana, membawa Aceh ke puncak kejayaannya.
Sultan Salatin Aladin Ria’yat Syah wafat pada tahun 906 Hijriah, dimakamkan di Puncak Glee Kandang, Gampong Glee Joeng, Kemukiman Kuala Daya. Di tempat inilah wisatawan mengunjungi dan melakukan ziarah ke makan ulama.

Untuk naik ke atas, pengunjung harus menaiki lebih dari seratusan anak tangga. Meski butuh sedikit tenaga untuk mendaki, setiap langkah diiringi kesejukan udara perbukitan yang alami.
Di atasnya ada bangunan yang menyerupai masjid. Di dalam itu makam ulama Po Teumeureuhom.
Tak hanya satu makam, tapi ada sembilan makam lain. Dua makam anaknya yaitu Putri Nurul Huda dan Radja Uzir Syah serta didampingi tiga sahabat beliau.
“Kemudian juga ada makam keluarga panglima beliau, serta dua makam lainnya yang hingga saat ini belum diketahui, ada 10 kuburan,” ucap penjaga makam Po Teumeuruhom, Zulkifli kepada masakini.co beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan makam ini tak pernah sepi pengunjung. Bagi wisatawan, tempat ini menawarkan pengalaman edukasi tentang sejarah Aceh serta pengenalan terhadap budaya lokal yang kaya.
“Wisatawan dari Malaysia sering hadir, dan wisatawan dari daerah-daerah lain dari seluruh Aceh,” ucapnya.
Makam Poe Teumeuruhom tidak hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga destinasi wisata sejarah yang menawarkan pelajaran tentang kebesaran masa lalu.
Makam ini memiliki desain arsitektur khas Aceh kuno, dengan nisan yang dihiasi ukiran kaligrafi Arab. Ukiran tersebut mencerminkan kemegahan seni Islam yang berkembang pada masa Kesultanan Aceh.
Nisan di makam Poe Teumeuruhom juga menjadi salah satu bukti otentik tentang keberadaan sultan besar yang memimpin Aceh di masa kejayaannya.

“Bentuknya pun sangat beda dari makam zaman sekarang,” ucapnya.
Tak hanya dibaluri sejarah, kawasan ini juga memberikan pemandangan yang indah di pandang mata. Tidak jauh dari situs ini, wisatawan bisa menikmati pemandangan pantai Aceh Jaya yang memikat, menambah nilai wisata dari tempat ini.
Angin laut yang berhembus lembut serta kawasan makam juga dikelilingi pepohonan rindang, memberikan udara sejuk dan suasana damai.
Maka dengan berwisata ke Makam Poe Teumeuruhom tidak hanya memberikan pengalaman spiritual, tetapi juga membawa wisatawan lebih dekat pada sejarah gemilang Kesultanan Aceh.
Seperti diutarakan seorang pengunjung, Nora Novianti. Ia mengaku terkesima dan terjadi dapat berkesempatan mengunjungi makam ulama Aceh. Wisatawan asal Banda Aceh ini tak lupa memanjatkan doa kepada Allah.
“Ini kali pertama untuk saya, dari dulu padahal ingin ke sini,” ucapnya.
Menurutnya, berwisata atau berziarah ke makam ulama harus dilakukan untuk mengenal sejarah perjuangan ulama zaman dahulu.
“Jadi ilmu baru untuk saya. Bagi wisatawan lain yang ingin berkunjung kami sarankan untuk menggunakan pakaian yang sopan,” tuturnya.