MASAKINI.CO – Di antara hiruk-pikuk kendaraan dan kesibukan masyarakat kota, warna-warni bunga segar menghiasi trotoar Jalan Sultan T. Alaidin Mahmudsyah, Banda Aceh.
Pemandangan ini menjadi magnet baru bagi warga, terutama anak muda, yang menjadikan bunga segar sebagai bagian dari gaya hidup mereka.
Ketika senja mulai menyelimuti kota, para pedagang bunga sigap menyusun dagangan. Ember-ember berisi air yang penuh dengan tangkai bunga mawar, krisan, tulip, bunga lili, aster, hingga serunai berjajar rapi di atas trotoar.
Dua perempuan terlihat sibuk memilah dan merangkai bunga, menggabungkan warna-warna indah dalam buket yang memikat.
Salah seorang pedagang bunga, Dilla tampak lincah merangkai tangkai demi tangkai krisan menjadi buket indah.
Sentuhan tangannya seolah menyisipkan cerita di setiap helai kelopak. Balutan plastik bening yang membungkus buket bunga menciptakan perpaduan sederhana namun elegan.
Menurut Dilla, fenomena jualan bunga segar di pinggir jalan ini baru marak tiga bulan terakhir. Hampir di setiap sudut kota kembang ini dijajakan.
Ia bersama pedagang lainnya memiliki cerita berbeda. Dilla yang sebelumnya membuka toko permanen, memutuskan untuk berjualan di trotoar karena keuntungan yang lebih besar.
“Kalau dulu di toko, pembeli biasanya datang kalau ada acara khusus saja, seperti pernikahan atau wisuda, tapi di sini setiap hari selalu ada yang beli, terutama anak muda,” kata Dilla, Kamis (28/11/2024).
Bunga segar ini juga menjadi tren di media sosial, seperti Instagram dan TikTok. Banyak anak muda memamerkan buket bunga sebagai simbol kasih sayang, hadiah, atau sekadar pelengkap estetika.
Beragam jenis bunga ditawarkan oleh pedagang, mulai dari mawar merah yang melambangkan cinta, krisan dengan kesan ceria, hingga aster yang anggun. Harga setiap tangkai berkisar antara Rp20-25 ribu.
Dilla mengaku, dalam sehari ia bisa menjual 30 hingga 40 buket bunga. Namun, saat malam Minggu, penjualan bisa melonjak hingga 50 buket. Omzet yang dihasilkan pun sangat menggiurkan.
“Alhamdulillah, rezekinya cukup besar, biasa bisa dapat Rp3-4 juta per malam kalau malam Minggu, omzetnya bisa sampai Rp7 juta,” ujar Dilla bersemangat.
Tren bunga segar di pinggir jalan tidak hanya menjadi peluang ekonomi bagi para pedagang, tetapi juga menghadirkan warna baru bagi warga kota. Trotoar yang biasanya hanya dilewati, kini menjadi tempat persinggahan penuh keindahan.
Di antara kelopak bunga itu, harapan mereka terus tumbuh, Dilla tetap menaruh harapan bahwa kecantikan ini akan terus bertahan, tak hanya sebagai tren sesaat, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan Banda Aceh.
“Kita sadar usaha dilakoni ini jangka pendek,” ujarnya. “Kami berharap ini terus berlanjut, daya tarik masyarakat membeli bunga tidak berhenti.”