MASAKINI.CO – Tiga hari pasca gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004, mantan Ketua Palang Merah Indonesia Mar’ie Muhammad datang ke Tanah Rencong.
Dia lalu berembuk dengan Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Azwar Abubakar dan Penjabat Bupati Aceh Besar, Rusli Muhammad.
“Kami akhirnya menyepakati lokasi ini (menjadi kuburan massal),” kata Rusli Muhammad pada peringatan 20 tahun tsunami Aceh, Kamis (26/12/2024).
Kuburan massal ini berada di Gampong Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Menurut Rusli lokasi ini adalah bekas reklamasi dari alur sungai Krueng Aceh yang dinormalisasi. Ketika sungai diluruskan, bekas alur ditimbun dengan material galian dari pelurusan Krueng Aceh.
Masih lekat membekas di ingatan Rusli bagaimana saat itu kawasan Bundaran Lambaro penuh dengan gelimpangan mayat korban tsunami. Mayat-mayat ini diangkut dari berbagai penjuru Banda Aceh dan Aceh Besar.
Berhari-hari Rusli ikut terlibat mengevakuasi dan menjaga puluhan ribu mayat yang mulai diintai sebagai santapan oleh anjing liar itu.

Setelah ada keputusan bersama mayat-mayat dikubur di Siron dan seorang pengusaha lokal akrab disapa Yahmu juga bersedia mengerahkan alat berat beko miliknya, kendala ternyata masih belum sirna.
Pengemudi beko rupanya turut menjadi korban tsunami. Rusli tak menyerah. Ia menghubungi kernet beko yang belum paham betul mengoperasikan alat berat ini. Pria itu bersedia.
Tapi masalah lain datang. Bahan bakar sulit dicari. “Kami menghubungi Pak Dandim Aceh Besar kala itu, alhamdulillah semuanya clear,” kenang Rusli.
Namun bagaimana caranya mengubur puluhan ribu mayat yang mayoritas beragama Islam ini sesuai dengan syariat? Pertanyaan itu menggelayut bukan hanya di pikiran Rusli, tapi semua orang yang saat itu terlibat membantu.
“Kami akhirnya mendapat petunjuk dari Abu Mamplam Golek dan proses pemakaman yang sesuai dengan tuntunan syariat pun dimulai,” ujarnya.
Setelah itu deru mesin ratusan truk mengangkut jasad korban gempa dan tsunami hilir mudik ke kuburan massal Siron. Bukan hanya dari bundaran Lambaro, namun juga dari tempat-tempat lain.
“Pemakaman korban tsunami di Siron adalah yang pertama dibuka,” kata Rusli Muhammad.