MASAKINI.CO – Akhir-akhir ini, kesadaran berolahraga kian meningkat di tengah-tengah masyarakat Aceh. Jogging menjadi salah satu jenis olahraga pilihan yang popularitasnya melonjak.
Stadion Harapan Bangsa (SHB), Banda Aceh, Sabtu awal Februari 2025 tampak ramai. Paska ‘disolek’, pesona SHB kian memikat. Menggoda siapa saja, untuk menjajal setiap fasilitas olahraga di sana.
Dini, 33 tahun, salah satunya. Ia sudah berada di antara kerumunan warga lainnya sore itu. Dini mudah dikenali; busana olahraganya berbeda. Jilbab hitam besar menjuntai hingga ke lutut.
Tak ada celana training yang membaluti kakinya. Melainkan rok ala celana. Langkahnya kecil, jauh dari cepat. Menapaki pelan aspal SHB.
“Saya memilih olahraga jalan. Sejauh ini nyaman dan sanggupnya jalan,” katanya kepada masakini.co.
Dini berolahraga ditemani sang suami. Sebanyak tiga putaran pasutri tersebut mengitari kompleks SHB. Sebelum lantunan ayat suci berkumandang dari pengeras suara masjid, mereka menyudahi aktifitas ‘bakar kalori’ senja itu.

Sebagai penduduk Lampeuneurut, desa yang berada dekat stadion, Dini mengatakan bahwa pertumbuhan warga jogging di sana telah berlangsung sejak September 2024.
“Sepertinya efek PON Aceh-Sumut. Kompleks stadion setelah direnovasi makin indah, membuat nyaman. Menstimulus semangat olahraga,” jelas Dini.
Untuk Sehat, Bukan Gaya
Secara pribadi, Dini merasa intensitas olahraganya makin rutin kurun waktu dua bulan terakhir. Semata-mata demi menjaga kebugaran. Dini juga tak tertarik adu outfit branded berharga mahal.
“Lihat saja sepatu saya, ini bukan sepatu yang dibuat untuk lari,” ucapnya sembari tertawa.
Ia tak menampik, banyak pula yang berolahraga karena fomo; takut ketinggalan suatu informasi atau tren tertentu. Namun Dini memilih melihat dari kacamata positif, ikut-ikutan untuk hal positif, baik adanya.
Alas kaki milik Dini bukan merek hype dengan harga fantastis. Seperti Hoca, Nineten Haze, Adidas, Asics, Nike dan merek kenamaan lainnya. Sepatu jogging nya berwarna biru navy, bermerek Nevada.
“Saya kira ini cukup, karena saya jalan. Bukan lari,” ujarnya.
Bersama suami, keduanya kompak memilih hidup realistis. Mengedepankan fungsi. Tanpa harus nyinyir dengan pilihan hidup orang lain. Suaminya juga sama, memanfaatkan sepatu yang sudah ada.
“Suami pakai Eiger. Sepatunya, pemberian dari kantor,” bebernya.
Menjaga Syariat Islam
Sebagai perempuan yang nyaman berpenampilan syar’i, Dini mengaku punya tantangan tersendiri kala berolahraga di tempat publik. Utamanya soal kenyamanan berpakaian, sekaligus stigma.
“Jujur sempat ada perasaan risih karena pakaian beda dari kebanyakan. Namun itu sekilas saja. Ketika lewat pelari atau pejalan kaki dengan cadar, hati saya tenteram,” ucapnya.
Di Aceh, pengguna pakaian syar’i terbilang gampang ditemui di tempat olahraga. Setidaknya ada tiga tempat jogging favorit di Banda Aceh: SHB, Lapangan Blang Padang dan Lapangan Gelanggang Universitas Syiah Kuala (USK).
Lapangan Gelanggang penggunanya didominasi mahasiswa. Bukan saja USK, namun juga kampus tetangga, seperti UIN Ar-Raniry dan UBBG. Menyatu dengan warga sekitar kampus tersebut.

Warga Darussalam, Novita mengaku nyaman berolahraga di Lapangan Gelanggang. Karena akses lokasinya terjangkau. Menurutnya, berolahraga dengan tetap menjaga syariat merupakan keniscayaan.
“Untuk pakaian yang sesuai syariat saya kira itu sudah kewajiban kita sebagai muslim ya. Tanpa ada imbauan pun, ya kita memang harus taat pada syariat,” ungkap Novita.
Rektor USK, Prof Marwan mengaku senang dengan melonjaknya aktifitas pengguna Lapangan Gelanggang untuk olahraga. Mencerminkan gaya hidup sehat.
“Silakan manfaatkan ruang publik ini untuk hal-hal positif. Namun tetap menjaga nilai-nilai syariat Islam. Pada prinsipnya, menjaga syariat ini adalah tanggung jawab kita bersama,” pesannya.