MASAKINI.CO – PSIM Jogja bertamu ke Aceh dengan dada tegap. Sukses menggulung Persiraja di Stadion Mandala Krida pada Jumat (31/1/2025) lalu menjadi bekal. Kepercayaan diri merasuk pada setiap jiwa penggawa Laskar Mataram.
Status sebagai pemuncak klasemen sementara Grup X dengan poin 9 dari 3 laga, menjadikan tim asuhan Erwan Hendarwanto ini favorit utama dari kontestan 8 besar Liga 2 musim 2024/25 yang digadang-gadang promosi ke Liga 1.
Indahnya lagi, PSIM mencatat rekor sebagai satu-satunya tim di perempat final, dari tiga laga yang sudah dilakoni: masih ‘perawan’ alias tanpa kebobolan.
Namun semua itu terenggut di Stadion H Dimurthala, Jumat (7/2/2025) malam. Matheus Henrique Machado berkacak pinggang, tak jauh dari garis tengah lapangan. Menarik nafas, menyempurnakan ancang-ancang.
Tendangan bebas ia lesatkan. Bola melengkung membelah udara. 8 pemain PSIM di dalam kotak penalti sendiri, adu cepat dengan 6 pemain Persiraja yang maju. Saling mencari momentum untuk menghalau atau sebaliknya menjebloskan bola.
Pemain dengan tinggi 1,88 sentimeter tidak melompat. Posisinya pas, hanya menjinjit sedikit kaki jangkungnya. Bola itu disambut sundulan antara kepala dan sedikit mengenai bahu. Arah bola berubah. Gol! Bersarang di pojok kiri gawang PSIM.
Dia adalah Deri Corfe. Striker asal Inggris, kebangaan Persiraja. Ia tak kuasa untuk kalem. Berteriak sambil berlari ke pinggir lapangan, dengan tangan dikepal, diayunkan dari bawah meninju udara. Selebrasi yang penuh letupan emosi.
“It’s an amazing moment, the goal i’ve been waiting for,” ucap Corfe.
Momen di menit 19′ itu bukan saja miliknya. Tapi segenap keluarga besar Laskar Rencong. Baik di dalam lapangan, bench, hingga mereka yang menyatu dengan penonton yang memenuhi tribun.
Stadion Dimurthala bergemuruh, PSIM akhirnya ternoda. Pemain lawan sontak lesu dengan wajah tertunduk.
Gol tersebut meninggalkan dua kesan. Pertama, gol penyama kedudukan menjadi 1-1, usai sempat tertinggal di menit 11′ lewat gol Rohman. Sekaligus melecutkan semangat untuk membalikkan keadaan.

Kedua, Corfe kembali mencetak gol, setelah dua bulan lamanya. Terakhir kali ia mencetak 2 gol, ke gawang Persikota, Jumat (20/12/2024). Gestur memutar-mutarkan dua tangan, dengan ajakan bangkit: “come on“.
Ditutup dengan menarik celana ke atas, memperlihatkan otot paha. Seakan memberikan pesan, bangkit sekaligus simbol maskulinitas; orang Aceh menyebutnya ‘meu-agam’.
***
13 menit setelahnya, Dimurthala benar-benar menggelegar. Persiraja berbalik unggul. Corfe memberikan key pass disambut Indra yang merangsek dari full back kiri, menusuk pertahanan PSIM. Kidal dari Makassar ini, langsung mengirimkan cut back.
Miftahul Hamdi menyambar dengan bola menyentuh rumput. Memilih tiang satu, kiper PSIM hanya terpaku. Tak menyangka jebolan PPLP Aceh itu menendang ke kanannya, sudut lebih sempit.
Harlan Suardi hanya menoleh, terpaku melihat bola telah bersarang. Ia merebah badan ke belakang, bangun dari duduk, dan sejurus kemudian meninju tanah.
Ada kesal yang sulit ia luapkan. Malam itu, untuk kedua kalinya kesucian gawang PSIM ternoda.
Hamdi mengulangi selebrasi ngopi khasnya. Kali ini sedikit improvisasi. Gestur gelas kopi dengan tangan, kopinya tak sekadar disesap. Melainkan dikumur-kumur, lalu memejamkan mata. Diakhiri dengan rebahan badan.
“Selebrasi itu cocok karna kami bisa membalikkan keadaan, dan euforia dari penonton yang bikin momen itu menyala,” ujar Hamdi kepada masakini.co, Sabtu (8/2/2025).
Ia tak bisa menyembunyikan kegembiraan. Sebab malam itu, golnya sukses memenangkan laga. Sekaligus, menambah pundi golnya menjadi sembilan.
Bisa mencetak gol ke gawang PSIM, juga bermakna lebih bagi Hamdi. Pembuktian, sebab di pertemuan pertama, performanya tak terlihat. Penjagaan ketat yang diterapkan pemain PSIM, membuatnya tak berkutik.
Tapi di Lampineung lain halnya. Hamdi kembali sebagai pembeda. Menurutnya, yang terpenting tim Persiraja kembali bisa memenangkan pertandingan di home—meski sebelumnya sempat kalah dari PSPS. Ini asa yang menyala kembali untuk skuat Lantak Laju lolos liga 1.
“Di pertandingan kemarin (waktu di Jogja) itu Hamdi seperti terkunci, dan gak tampil seperti biasanya,” akunya.
Momentum Kebangkitan
Kekalahan di Aceh tidak lepas dari rapatnya pertahanan Persiraja. Demikian pengakuan Erwan Hendarwanto.
“Defend Persiraja rapi, jadi bahan evaluasi kami juga,” bebernya.
Hasil pahit dari Tanah Rencong tak berdampak bagi status PSIM. Posisinya di puncak masih kokoh. Agar tak longsor, mereka berupaya bangkit.
“Kita tak boleh terlalu larut dengan situasi ini. Kami akan bangkit di pertandingan selanjutnya.”
“Kami masih yakin akan ke Liga 1,” ujar Erwan optimis.
Sementara itu, bek tengah Persiraja, Fayrushi yang dinobatkan sebagai Man of The Match di pertandingan itu, juga menilai hasil menang menjadi momen kebangkitan.

“Sangat puas buat hasil hari ini. Semoga di PSPS diberi tiga poin,” harap Fayrushi.
Lawatan ke Pekanbaru, menjadi pertandingan hidup dan mati pada Selasa (11/2/2025) mendatang. Baik PSPS maupun Persiraja, sama-sama mengantongi 6 poin. Persiraja juga wajib menang, karena kalah di Aceh 2-0 dari PSPS.
Dengan asumsi, PSIM akan keluar sebagai juara Grup X dan otomatis promosi ke Liga 1. Maka Duo Sumatra, harus saling bunuh untuk menjadi runner-up di Grup X.
Untuk kemudian, merebut satu tiket sisa promosi ke kasta tertinggi: runner-up dua grup diadu. Pemenang akan melenggang ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia.