MASAKINI.CO – Mizwar, 26 tahun, hanya mampu tersenyum kecut melihat tumpukan sabut kelapa di kebunnya, Desa Pante Cut, Peusangan, Bireuen, Aceh, Sabtu (8/2/2025).
Padahal baik dirinya, maupun keluarga, tak seorang pun memanen kelapa dari kebun mereka hari itu.
“Petik terus kelapa, lagi marak pencuri kelapa sekarang,” kata seorang warga.
Peringatan itu, sudah disampaikan beberapa hari yang lalu. Mizwar tidak menanggapi. Meski diakuinya, sadar dengan fenomena tersebut.
Namun siang itu, keresahan dan wanti-wanti warga menjadi kenyataan, menimpa kebun kelapa milik keluarga Mizwar.
Ia bercerita, mulanya tak begitu khawatir sebab kebun kelapanya berada di dekat jalan, tak jauh dari kandang peternak ayam. Aktifitas yang ramai, dalam keyakinannya; bisa meminimalisir kemungkinan maling kelapa beroperasi.
“Ternyata saya keliru. Barusan saya pulang, kelapa sudah dicuri. Bekas serabutnya ditumpuk di kebun. Ada yang dikupas dan ada yang dibelah,” cerita Mizwar dalam bahasa Aceh.
Ia tak habis pikir, semua kelapa dipetik. Termasuk kelapa yang belum muda. Setelah dipetik, kelapa jenis ini tidak dibawa. Ditinggal di kebun.
“Seneukret juga ditinggal,” bebernya.
Seneukret merupakan sebutan dalam Bahasa Aceh untuk alat panjat kelapa. Biasanya terbuat dari pelepah kelapa, dipintal dan direkatkan berbentuk linkaran.
Saat memanjat, seneukret dibentuk angka 8 rebah, kedua kaki dimasukkan. Barulah dipanjat. Seneukret tak semua terbuat dari pelepah kelapa, ada pula yang menggunakan karung, atau tali ukuran besar.
Seneukret berfungsi sebagai penyangga badan, sekaligus membantu meringankan beban tangan yang memeluk batang kelapa. Pelafalan alat tradisional panjat kelapa di Aceh, ada pula yang menyebut dengan neukleut.

Warga Resah
Fenomena maling kelapa, membuat warga resah. Diakui Mizwar, kejadian itu bukan saja menimpa desanya. Namun juga beberapa desa tetangga. Lazimnya pencuri beraksi malam hari.
“Akibatnya banyak warga akhirnya memanen kelapa sebelumnya waktunya. Padahal kelapanya belum matang. Ya dari pada dicuri,” aku Miswar.
Menurut hasil perbincangan dirinya dengan warga yang lain, diduga pelaku pencurian kelapa kecanduan narkoba.
Jika kebun kelapa Mizwar baru sekali kemalingan, lain halnya dengan Biah, perempuan paruh baya. Sekaligus saudara Mizwar. Dua kali sudah, pencuri beroperasi di kebun milik Biah.
“Biarkan saja, sudah dipanjat apa hendak dibuat. Ada uang dia (pencuri) sedikit untuk hisap sabu,” kata Biah juga dalam bahasa Aceh.
Harga Tinggi
Dalam sepekan terakhir, harga kelapa melonjak tinggi di pasar akibat minimnya pasokan. Kondisi itu membuat maling mengincar kelapa milik warga.
“Di pasar setau kami, saat ini menyentuh Rp10 ribu per kelapa. Naik dua kali lipat dari biasanya,” kata Mizwar.
Sebelumnya, harga per kelapa santan, di situasi normal berkisar Rp5 ribu hingga Rp6 ribu. Bahkan, di sejumlah portal berita; melaporkan bahwa akhir-akhir ini, per kelapa sempat menyentuh Rp12 ribu, seperti terjadi di Aceh Tengah.
Patauan masakini.co, di beberapa pasar di Banda Aceh, baik di Lamdingin, Lamnyong hingga Ulee Kareng. Harga kelapa santan, berkisar Rp8 ribu hingga Rp10 ribu. Tergantung ukuran.