MASAKINI.CO – “Prit, priit, priiit,” wasit Amri Nurhadi meniupkan peluit tanda laga usai. Hasil pertandingan berkesudahan 1-0 untuk kemenangan tuan rumah PSPS Pekanbaru, Selasa (11/2/2025) malam.
Pemain PSPS larut dalam haru. Beberapa meneteskan air mata, yang lain menempelkan jidat ke rumput Stadion Kaharudin, Riau. Sujud itu, bentuk ungkapan syukur; selangkah lagi PSPS (bisa jadi) promosi ke Liga 1.
Kurang lebih 1.295,9 km dari Riau, pada satu warkop di Lampineung, Banda Aceh. Akbar menyaksikan dengan seksama layar tancap. Tatapannya kosong. “Abeh pilom,” ucapnya singkat.
Ia pecinta Persiraja, berdomisili di Setui, Banda Aceh. Malam itu, Akbar bersama sahabatnya, Baltes; menonton sekaligus memberikan dukungan untuk perjuangan anak asuh Akhyar Ilyas.

Kalimat Abeh Pilom, mewakili perasaan atas kemungkinan; Persiraja lagi-lagi gagal promosi ke Liga 1. Dua kata dalam bahasa Aceh yang ia ucapkan, berarti; film selesai. Atau; tamat.
Kata pertama ‘abeh’ mengingatkan publik Aceh dengan kalimat politisi PAN sekaligus Presiden Persiraja, Nazaruddin Dek Gam; Abeh Ubee Abeh. Kemudian menjadi tagline tambahan untuk Persiraja, selain Lantak Laju.
Teman Akbar, yang duduk bersebelahan, membuka gawai, mencari akun Instagram Dek Gam. “Putoh pilom,” ucap Baltes, membaca Instagram story Dek Gam.
“Sama ya Akbar, dengan yang kamu ucapkan barusan,” ujarnya.
Abeh pilom dengan putoh pilom maknanya sama, intinya: tamat. Baltes mengaku, rutin mengecek stori Instagram Dek Gam, saban usai laga.
“Hampir selalu baca. Saya lebih ke hiburan saja. Gak ada hubungan percaya gak percaya,” aku Baltes.
Akrobat Pemain Hingga Unfair Wasit
Sementara para penggawa Persiraja, tak mampu menyembunyikan kekecewaannya. Dari lingkaran tengah, ramai-ramai memprotes keputusan wasit. Gestur kecewa, geram, tergurat jelas dari Rizky Yusuf Nst alias Ucok.
Kegeraman pemain Persiraja tak lepas dari sejumlah keputusan wasit yang keliru. Jauh dari semangat Fair Play.
Nurhadi tidak meniup peluit foul, manakala Ramadhan (Madon) dilanggar keras oleh bek kiri PSPS asal Sumut, Fardan. Kakinya menendang bagian atas perut sayap kanan Persiraja itu.
Kekeliruan tersebut, sampai-sampai ditayangkan ulang broadcaster resmi, Indosiar dalam bentuk video singkat di Instagram maupun TikTok. Dengan judul: Sangat Rancu.
Lebih jauh, sejumlah akrobat tak terpuji juga terkesan pembiaran oleh sang wasit. Beberapa diantaranya, di menit 56′ penyerang PSPS, K.H Yudo melayangkan jotos ke bagian vital Habil, bek kanan Persiraja.
Tidak sampai lima menit kemudian (59′), Dewa tertangkap kamera menyiku Madon tak jauh dari garis pinggir lapangan.
Pada menit 65′, giliran Lerby menggeplak muka bek tengah Persiraja, Alef di kotak penalti PSPS. Bek asal Brazil itu, terlihat terjatuh. Kaki pemain kuota Asia milik PSPS, Noriki mengenai wajah Fayrushi di menit 67′.
Dua peristiwa terakhir, Lerby maupun Noriki berbuah kartu kuning. Belum lagi, Vivi Asrizal terjungkal akibat hadangan kiper PSPS, Ernando di kotak 12 pas. Tapi Nurhadi, tak meniup foul penalti.
Eks timnas Indonesia, Andik Vermansah tak habis pikir. ‘Akrobat’ di Stadion Kaharudin malam itu, di luar akal sehatnya yang sudah menjalani karier profesional selama 17 tahun.
“Jadi pemain bola pro (sejak) 2008 sampai sekarang, main bola kayak jadi wayang. Liga bobrok,” curhat Andik.

Legenda hidup Persiraja, yang baru saja gantung sepatu, Mukhlis Nakata juga tak mampu menyembunyikan kemarahannya.
Menurutnya, wasit pandai memainkan peran. Mencoba menutupi keberpihakan dan kesalahan; dengan kartu merah di akhir laga untuk kiper PSPS.
“Sangat lihai sekali anda memainkan perannya. Anda pikir dengan red card cukup untuk menutupi itu semua. Dari tahun ke tahun selalu kami rasakan hal yang sama. Kinerja anda (wasit) bobrok,” tulis Nakata.
Tiga Kali Hampir Promosi
Kapten Persiraja, Ucok mewakili pemain menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Aceh. Atas belum berhasilnya Persiraja promosi ke Liga 1.
“Tapi kita sudah berjuang sekuat tenaga. Dengan hormat. Publik yang menyaksikan pertandingan, bisa menilai sendiri. Tanpa harus kami jelaskan,” sebut Ucok.
Hati Ucok remuk redam. Perasaan tersebut berdasar, sebab tiga kesempatan sudah, ia hampir membawa tim tanah kelahirannya, Aceh naik kasta.
“Sudah tiga kali, dan semuanya hampir. Sakit rasanya,” ucapnya kepada masakini.co.
Liga 2 musim 2018/19, kalah 5-0 pada babak 8 besar dari PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Rabu (21/11/2018) sore. Waktu itu, meski kalah, Persiraja sejatinya tetap berpeluang lolos andai Madura menang atas Persita Tanggerang. Di luar dugaan, Madura justru takluk di kandang sendiri.

Tahun berselang, malang tak hilang. Ucok lagi-lagi tak beruntung. Persiraja kalah 3-2 di Stadion Madya dari Malut United, dalam perebutan tempat ketiga, Sabtu (9/3/2024). Tiket terakhir untuk promosi. Laskar Rencong terhenti di semifinal Liga 2 musim 2023/24.
Hal yang sama kembali berlaku, takluk 1-0 dari PSPS pada babak 8 besar Liga 2 musim 2024/25. Ucok sedu sedan, meratapi takdirnya bersama Harimau Banda.
“Pelajaran berharga untuk perbaikan kita semua di Persiraja, jika ingin promosi maka harus lebih siap lagi sejak awal di segala aspek,” sebut Ucok.
Ucok tak sendiri, bek kidal Agus Suhendra juga ada dalam tiga musim bersejarah; hampir promosi Persiraja.
Marah, kecewa, dan segala perasaan tak enak terhimpun di kepala Ucok, sesak di dada. Di looker room, malam itu, ia meringkuk di sudut. Sepakbola mematahkan hatinya, tiga kali sudah. Tapi ia menolak frustasi.
“Mau gimana pun, inilah sepakbola. Harus siap gagal. Namun jangan larut. Saya berharap, siapapun yang bermain dan mengurusi Persiraja musim depan dan seterusnya. Sungguh-sungguh di segala aspek, bukan hanya mulut saja,” tuturnya.
“Saya percaya, kita bisa lebih baik lagi di kesempatan yang lain. Insyaallah. Terimakasih telah mendukung dan selalu ada, mewarnai perjuangan kami,” pungkasnya.