MASAKINI.CO – Deru mesin terdengar berpadu dengan ketukan logam. Bukan suara mesin jahit seperti biasanya di tempat Yudha Taylor, melainkan suara ketukan pembuatan mobil replikasi Lamborghini Aventador SVJ yang dirakit.
Bukan insinyur otomotif, bukan pula mekanik handal. Siapa sangka, di tangan seorang penjahit ini bisa menciptakan super car yang bentuk serta ukurannya mirip dengan aslinya.
Hanya bermodalkan hobi masa kecil, Yudha Ridha mewujudkan mimpinya untuk memiliki mobil mewah tanpa perlu mengeluarkan biaya mahal.
Yudha sudah tertarik dengan dunia otomotif sejak kecil. Ketika anak-anak lain sibuk bermain dengan mobil-mobilan plastik, ia justru sibuk membuat miniatur mobil dari pelepah rumbia.
“Dulu sering buat miniatur mobil dari pelepah rumbia. Lalu, semakin sering membuat, saya mulai berpikir untuk mencoba yang lebih besar,” kenangnya saat berbincang dengan masakini.co, Minggu (16/2/2025).
Dari sekadar miniatur, ia kemudian bereksperimen dengan mobil bekas yang dirombak sendiri. Inspirasi dan teknik modifikasi ia pelajari secara otodidak melalui media sosial, mengamati tren dari Vietnam dan Thailand.
“Awalnya itu tahun 2022, saat itu menggunakan bahan fiber,” ujarnya.
Eksperimen pertamanya memakan waktu lebih dari satu tahun. Namun, hasilnya membuahkan replika pertama yang cukup akurat. Ia hanya memanfaatkan bangunan tempat jahit sebagai bengkel bekerja yang beralamat di Idi Rayeuk, Aceh Timur.
Yudha kembali melanjutkan eksperimen keduanya yang kemudian laku terjual dengan harga Rp167 juta untuk konsumen yang datang dari luar Aceh.
“Itu bagian bumpernya saja,” ungkapnya.
Pertengahan 2024 lalu, pria 37 tahun ini kembali beraksi dengan menciptakan super car yang kini viral di media sosial TikTok. Saat proses pembuatan Yudha sengaja melakukan siaran langsung agar dirinya mendapatkan komentar jika terdapat kesalahan dari mobil yang sedang ia rakit.
“Tujuannya agar kita perbaiki sih,” kata Yudha.
Dia tak lagi menggunakan fiber, melainkan plat besi agar lebih kokoh dan menyerupai material asli Lamborghini. Delapan bulan telah ia habiskan untuk merakit, dan hasilnya mulai terlihat mengesankan.
Replika Lamborghini Aventador SVJ yang dibuat Yudha bukanlah proyek sembarangan. Setiap lekukan, detail, semuanya diperhatikan cermat.

Uniknya, ia hanya mempelajari bentuk dan ukuran dari model mobil mainan jenis lamborghini. Ia memanfaatkan mobil mainan yang berukuran kecil sebagai patokan.
“Lihat lamborghini asli saya belum pernah.”
“Mobil mainan kecil saja, saya belajar skala bandingnya dari itu,” celutuk Yudha tertawa.
Upayanya itu mendapat banyak perhatian. Pintu mobil didesainnya dapat terbuka ke atas seperti Lamborghini asli.
Begitu banyak kesamaan hingga memantik peminat datang dari luar Aceh untuk melihat karyanya. Tawaran membeli pun tak kalah sedikit.
Lamborghini ini telah dihargai Rp1,4 miliar. Penawarnya orang yang paham dan menyukai mobil tersebut. Namun Yudha memilih tak melepas super car itu dengan alasan masih menikmati mobil mewah hasil karyanya.
Tak seperti super car asli yang diproduksi di pabrik dengan teknologi canggih, Lamborghini versi Yudha dirakit dengan tangan kosong di tempat jahitnya sendiri.
Ia awalnya membeli mobil jenis Honda Accord bekas seharga Rp37 juta, kemudian mulai membongkarnya dari nol. Bahkan diperkirakan telah menghabiskan lebih dari Rp200 juta.
“Saya bongkar total, perbaiki mesin dan tetap memiliki nomor rangka serta pajaknya supaya legal,” jelasnya.
Saat ini, mobil tersebut telah memasuki tahap pengecatan dengan warna dasar putih. Rencananya, ia akan menggunakan warna hijau pekat super glossy agar setiap garis dan lekukan mobil tampak lebih tegas.
Meski prosesnya panjang dan melelahkan, Yudha menikmati setiap tahapannya. Baginya, ini bukan sekadar proyek iseng, melainkan sebuah bukti bahwa anak Aceh mampu menciptakan karya luar biasa.
Kesuksesan Yudha merakit mobil tidak membuatnya pelit ilmu. Ia sering diundang untuk berbagi pengalaman, bahkan pernah diminta menjadi tenaga pengajar di Balai Latihan Kerja (BLK) setempat.
Dia punya mimpi tak ingin berhenti di satu mobil saja. Yudha berencana mengembangkan proyek ini agar industri otomotif lokal bisa berkembang di Aceh yang mampu menyerap tenaga kerja lokal.
“Saya sudah dapat tawaran kerja sama dari luar untuk produksi mobil. Jika ini berkembang, kita bisa serap tenaga kerja lokal yang punya minat di bidang otomotif,” tuturnya.
Dia berharap kelak masa depan otomotif Aceh tidak harus bergantung pada mobil luar negeri.
“Biar kalau orang dengar Lamborghini, Ini Lamborghini Aceh,” pungkasnya bersemangat.