38 Ribu Lebih Keluarga di Aceh Sasaran Genting

Kepala BKKBN Aceh, Safrina Salim. (foto: Riska Zulfira/masakini.co)

Bagikan

38 Ribu Lebih Keluarga di Aceh Sasaran Genting

Kepala BKKBN Aceh, Safrina Salim. (foto: Riska Zulfira/masakini.co)

MASAKINI.CO – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Aceh, mencatat ada sekitar 38.004 keluarga sasaran genting di Aceh.

Angka ini menunjukkan stunting masih menjadi masalah serius di provinsi ini.

Kepala BKKBN Aceh, Safrina Salim mengatakan bahwa kasus stunting tidak hanya disebabkan oleh kurangnya gizi, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain.

“Berkaitan dengan akses terhadap air bersih, fasilitas jamban sehat, hingga pola pengasuhan dalam keluarga,” katanya, Rabu (12/3/2025).

Ia menambahkan pola asuh yang kurang tepat sangat berpengaruh terhadap kondisi anak, sehingga edukasi bagi orang tua menjadi hal penting.

“Stunting ini tidak hanya terjadi pada keluarga kurang mampu, anak dari keluarga berkecukupan juga bisa terkena jika pola asuhnya tidak baik. Karena itu, edukasi dalam keluarga sangat penting,” ujarnya.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Kabupaten Aceh Selatan menjadi daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Aceh, yaitu 40,2 persen.

Lalu disusul Kabupaten Aceh Tamiang 35,9 persen, Aceh Singkil 34,1 persen, Aceh Jaya 34 persen, Aceh Barat 33,4 persen.

Sementara itu, daerah dengan prevalensi stunting terendah yaitu di Kabupaten Gayo Lues 15,4 persen, dan Lhokseumawe 20,7 persen.

Meski jumlah penduduk terbesar berada di Aceh Utara, angka stunting di daerah ini justru lebih rendah dibandingkan Aceh Selatan.

“Jumlah penduduk tidak selalu berbanding lurus dengan tingginya kasus stunting, karena ada faktor lain yang berpengaruh,” jelas Safrina.

Untuk menekan angka stunting, BKKBN Aceh mendorong kampanye Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).

Dalam hal ini pihaknya gencar mencari Orang Tua Asuh (OTA) untuk mendampingi keluarga berisiko stunting seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan anak di bawah dua tahun (baduta) yang berada dalam kategori keluarga miskin.

“Jika program ini berjalan baik, saya yakin angka stunting bisa menurun pesat,” kata Safrina.

Menurutnya, masa 100 hari pertama kehidupan adalah periode krusial bagi tumbuh kembang anak. Jika ibu hamil tidak mendapat asupan gizi yang baik, maka risiko melahirkan anak dengan kondisi stunting akan meningkat.

“Karena itu, pendampingan melalui program OTA menjadi kunci penting dalam menekan angka stunting di Aceh,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist