Fenomena ‘Musim’ Kawin: dari Adat Hingga Bisnis Ketiban Berkah

Pesta pernikahan klien Daisyblooms Wedding di Banda Aceh. (foto: dok Daisyblooms untuk masakini.co)

Bagikan

Fenomena ‘Musim’ Kawin: dari Adat Hingga Bisnis Ketiban Berkah

Pesta pernikahan klien Daisyblooms Wedding di Banda Aceh. (foto: dok Daisyblooms untuk masakini.co)

MASAKINI.CO – Suaranya lantang. Sekali tarikan nafas, Maulidin berhasil mengucapkan ijab qabul.

Senin (21/4/2025) atau bertepatan 22 Syawal 1446 Hijriah itu Maulidin berada di barisan pengantin yang melangsungkan pernikahan di Masjid Raya Baiturrahaman, Kota Banda Aceh.

Suasana tegang bercampur haru cukup terasa di sana. Maulidin lalu meletak tangannya di ubun-ubun sang istri, merapal doa. Mereka sah menjadi pasangan.

“Bahagia, Alhamdulillah sudah sah,” ucap Maulidin sumringah.

Menikah di usia muda merupakan keinginan mereka berdua. Maulidin baru menginjak usia 25 tahun. Menurutnya usia ini sudah cukup matang membina rumah tangga.

“Memang target nikah muda, saya pun sudah siap,” ujarnya.

Mengapa di bulan Syawal? Maulidin bilang itu sudah kesepakatan antar kedua belah pihak keluarga. Mereka percaya bulan ini bulan baik dan disunnahkan untuk menikah.

Di Aceh, bulan Syawal menjadi bulan incaran pasangan calon pengantin untuk menikah. Orang-orang menyebutnya “musim kawin”. Catatan UPTD Masjid Raya Baiturrahman, bulan Syawal kerap terjadi lonjakan jumlah pernikahan. Pada 2025 ini saja terdapat 84 pasangan yang menikah di bulan tersebut.

Setiap harinya di bulan Syawal, ada empat hingga lima pasang pengantin yang melangsungkan akad nikah di masjid yang menjadi ikon kebanggaan masyarakat Aceh itu.

Meningkatnya jumlah pernikahan di bulan Syawal, juga ikut berdampak pada pelaku industri Wedding Organizer (WO). Mereka ketiban berkah di tengah kebahagiaan orang lain.

Owner Daisyblooms Wedding, Farisa Sabila, mengaku bulan Syawal menjadi musim panen bagi industri pernikahan.

“Permintaannya sangat tinggi, bahkan orang booking setahun sebelumnya,” ujarnya.

Owner Daisyblooms Wedding, Farisa Sabila. (foto: Ahmad Mufti/masakini.co)

Selain dianggap mendatangkan berkah, bulan ini kebetulan juga keluarga besar calon pengantin sedang berkumpul karena momen mudik pasca Lebaran Idulfitri.

“Apalagi kalau ada tanggal cantik di Bulan Syawal. Permintaan klien pasti membludak,” kata Farisa.

Sejak awal Syawal hingga pertengahan April ini saja, tutur Farisa, Daisyblooms sudah menangani lebih 10 proyek dekorasi dan 4 paket wedding planner.

Sesuai nama, fungsinya pun juga beda. Permintaan dekorasi bisa paralel di beberapa tempat, tapi kalau wedding planner hanya bisa di-handle satu dalam sehari. “Karena servisnya mendalam dan detail, kita yang urus semua vendor,” katanya.

“Jadi kita membawahi banyak partner vendor,” tambah Farisa.

Pekerjaan ini dilakukan Farisa sungguh-sungguh. Banyak pasangan menaruh harapan indah di balik ide kreatifnya. Sebagai seorang yang aktif di dunia wedding sejak 8 tahun lalu, Daisyblooms menjadi salah satu WO terlaris di Banda Aceh. Mereka punya konsep dan gaya sendiri.

Farisa mengaku, kebahagiaan klien ikut mengalir juga kepadanya. Itu pula yang membuatnya makin lihai mengatur jalannya acara. Tapi, Daisyblooms membebaskan klien untuk terlibat menggambarkan pesta pernikahan impian.

Mereka juga dibebaskan untuk memilih vendor favorit. Mau make-up artist idaman, atau fotografer langganan, semua bisa diakomodasi. “Selama sesuai budget, kami akan bantu jembatani,” ujar Farisa.

Karena menurutnya setiap pasangan punya gaya dan preferensi unik. Tak bisa disamaratakan. Dia mengakui, di sinilah memang kekuatan utama Daisy; memahami bahwa pernikahan bukan sekadar event, tapi perayaan cerita cinta.

Bagi Farisa, wedding planner bukan sekadar pekerjaan. “Ini ibadah. Kami merasa sedang membantu orang menuju momen sakral dalam hidup mereka,” ujarnya tersenyum.

Karena itu, dia ingin Daisy Planner bukan hanya mampu menghadirkan soal keindahan visual, tapi juga menyentuh sisi emosional dan spiritual. Outdoor maupun indoor semua bisa diselesaikan tim Daisy. Gaya klasik maupun modern akan dieksekusi jadi cerita manis.

“Kami ingin pelaminannya bisa mewakili karakter si pasangan,” kata Farisa.

Menurut wanita 33 tahun ini, waktu persiapan yang ideal untuk sebuah pernikahan yang matang bisa mencapai 6 bulan hingga 1 tahun. Sebab peran wedding planner tidak sekadar mengatur hari H, tapi mencakup seluruh rangkaian proses persiapan.

Mulai dari pengurusan dokumen pernikahan, pemilihan vendor, hingga perencanaan anggaran. Waktu persiapan yang panjang juga memberi keleluasaan untuk booking berbagai vendor favorit, termasuk venue yang seringkali punya waiting list panjang.

Saat ini, jasa WO Daisy Wedding tak hanya dikenal di Banda Aceh. Hampir seluruh daerah di Provinsi Aceh sudah pernah bekerja sama dengan mereka.

Bagi Farisa, vendor bukan hanya tim kerja, tapi teman untuk merayakan cinta para klien. “Kami sering kolaborasi dengan vendor lokal di kota lain. Jadi sistem kami fleksibel dan terbuka,” katanya.

Tantangan Antara Impian Modern dan Restu Tradisi

Farisa tak menampik, salah satu tantangan besar datang dari benturan antara keinginan anak muda dengan harapan orang tua. “Anaknya pengen modern, orang tuanya pengen tradisional. Tapi seringkali lebih banyak tamunya orang tua sih,” ujarnya, terkekeh.

Pesta pernikahan klien Daisyblooms Wedding di Banda Aceh. (foto: dok Daisyblooms untuk masakini.co)

Solusinya? Ya diskusi dua arah, dan sketsa digital yang bisa menggambarkan hasil akhir secara visual. “Kami selalu sampaikan, kami ingin bikin acara ini membahagiakan semua pihak.”

Di sisi lain, ungkap Farisa, kenaikan harga emas murni di Aceh juga berdampak pada adanya perubahan perilaku konsumen. Kalau dulu orang booking 6 bulan sebelumnya, sekarang cenderung mendadak. Bahkan ada yang H-30 baru konsultasi.

“Iya, kami menyadari akhir-akhir ini berubah,” ujarnya.

Meski demikian, ia menekankan pentingnya menjaga kualitas. Daisy tidak akan menurunkan standar namun tetap meningkatkan value. Memberikan yang terbaik kepada klien menjadi fokus utama bagi jasa wedding organizer.

Hal-hal baru dan ilmu baru terus digali Farisa untuk mengembangkan usaha agar mampu berkiprah hingga luar ke Aceh. “Target kita Daisyblooms lebih dikenal,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist