MASAKINI.CO – Lepas Insya, sebuah sudut di bilangan Jalan Taman Ratu Safiatuddin, Lampriet, Kota Banda Aceh tampak ramai. Lampu-lampu yang dipacak di tiang tinggi, berpendar di seantero bangunan yang dikeliling jaring itu.
Tempat ini jadi magnet baru bagi kaum urban di Banda Aceh dan hobi olahraga sepak bola. Namanya Fourgee Mini Soccer. Mulai beroperasi sejak Maret 2024, Fourgee hadir sebagai alternatif seru bagi mereka yang ingin berkeringat sambil seru-seruan mengolah ‘si kulit bundar’ bersama teman.
Bersebelahan langsung dengan Taman Ratu Safiatuddin—tempat Pekan Kebudayaan Aceh atau PKA dihelat–di kawasan Gampong Lampriet, lapangan mini soccer ini langsung menarik perhatian pencinta olahraga sepak bola di Banda Aceh.
Desain lapangan Fourgee Mini Soccer estetik. Fasilitasnya lengkap. Rumput sintetis di sana pun diimpor langsung dari Cina dan mengikuti standar FIFA.
“Awalnya satu lapangan, sekarang sudah dua,” kata Husnul awal Juni 2025 lalu. Dia bekerja sebagai admin di Fourgee Mini Soccer.
Menurut pemuda 21 tahun itu, meski setiap harinya mereka buka dari pagi, waktu paling ramai orang menyewa lapangan dimulai setelah salat Isya, sekitar pukul delapan malam.
“Biasanya rame terus sampai jam 12 malam,” ujarnya. Bahkan, tak jarang suasana di Fourgee tetap hidup hingga pukul dua dini hari, terutama di akhir pekan.
Menyewa lapangan di sini bisa dibilang cukup terjangkau. Untuk main di malam hari, tarifnya Rp450.000 per satu jam. Perlu sedikit menambah Rp20 ribu kalau main di akhir pekan.
Sementara main pagi hingga sore, harga sewa lapangan berkisar dari Rp350 ribu sampai Rp425 ribu per satu jam. “Tapi paling ramai memang yang main di malam hari,” beber Husnul.

Manajemen Fourgee Mini Soccer piawai membuat pelanggan nyaman bermain bola di sana. Sebab, fasilitasnya lengkap. Ada musala, kamar mandi, ruang ganti, loker, dan parkir kendaraan yang luas. Bahkan, mereka juga menyewakan perlengkapan seperti sepatu dan rompi untuk pemain yang datang tanpa persiapan.
“Kadang ada yang cuma pengen main sekali-sekali, jadi nggak punya sepatu bola. Kita sediakan,” ujar Husnul.
Mini soccer kini mulai menggantikan futsal sebagai pilihan olahraga ringan di kota Banda Aceh. Ukuran lapangannya lebih besar dari futsal, nyaman dimainkan dalam tim kecil berkisar 6 sampai 7 pemain termasuk kiper.
Selain jadi tempat olahraga, Fourgee Mini Soccer dirancang tampak lebih Instagramable. Istilah ini menggambarkan sesuatu yang menarik untuk diabadikan dan diunggah ke media sosial Instagram. Terdapat bangunan ikonik berbentuk bulat di sana yang sering jadi latar foto para pengunjung.
Namun, di tengah hype bermain mini soccer, pengolala Fourgee Mini Soccer tetap menjaga nilai-nilai Syariat Islam yang berlaku di Aceh.
“Kalau sudah waktu mengaji tanda mau masuk magrib dari Masjid Oman, permainan dihentikan sementara. Lampu juga dimatikan sampai waktu salat selesai. Nanti lanjut lagi selesai Insya,” tutur Husnul.
Dia melihat antusiasme masyarakat terhadap mini soccer di Banda Aceh kini tengah melejit. Pelanggannya datang dari berbagai profesi. Pekerja kantoran, dokter, mahasiswa. pelajar, sampai jurnalis.
“Mungkin karena lapangannya lebih luas ya. Jadi seru main rame-rame sama teman,” Husnul berpendapat.
Selain Fourgee Mini Soccer, sejumlah lapangan lain pun kini bermunculan di beberapa tempat di Banda Aceh. Para pengusaha di balik hadirnya lapangan sepak bola mini ini, kata Husnul, telah membentuk komunitas untuk saling bagi informasi. Sekaligus menjaga persaingan harga yang sehat sesama pebisnis.