Demi Keselamatan, Puluhan Pedagang di PAS Sudah Pindah ke Pasar Aceh Baru

Kerusakan Pasar Aceh Shopping Centre

Bagikan

Demi Keselamatan, Puluhan Pedagang di PAS Sudah Pindah ke Pasar Aceh Baru

Kerusakan Pasar Aceh Shopping Centre

MASAKINI.CO – Usut punya usut, rencana pembongkaran gedung berlantai tiga, bekas Pasar Aceh Shopping Center atau yang lazim disingkat PAS, telah bergulir sejak lama.

Wacana itu menguat pada 2021 silam, tatkala pengumuman hasil kajian analisis kelayakan bangunan ditempel di gedung berusia 40 tahun lebih tersebut. Poin penting yang tertera: bangunan sudah tidak layak pakai dengan tingkat kerusakan mencapai 56,75 persen.

Kategori rusak berat yang ditabalkan untuk pusat perbelanjaan pertama dan terbesar di Aceh itu cukup logis, mengingat keberadaannya sebagai salah satu saksi bisu gempa bumi dan tsunami 2004. Sebelumnya, ia juga selamat dari banjir besar 2000. PAS juga pernah beberapa kali terbakar.

Dalam kondisi yang mencemaskan itu, puluhan pedagang, terutama yang menempati los bagian luar di lantai satu masih bertahan di tengah kondisi pasar yang semakin lesu.

Mereka bergelut dengan tuntutan ekonomi dan perasaan was-was. Di tengah pilihan sulit, keamanan gedung kian tak dapat diprediksi. Rentetan gempa berskala kecil hingga sedang pun acap menggoncang ibu kota dalam sepekan terakhir.

Kecemasan sempat berlipat dalam beberapa hari terakhir pasca gempa berkekuatan 5,2 magnitudo yang mengguncang Sabang, Banda Aceh dan Aceh Besar, setidaknya hingga pukul 21.10 WIB, Jumat (4/7/2025). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar mencatat telah terjadi 34 kali gempa yang dirasakan dan tidak dirasakan masyarakat, hingga Rabu (9/7/2025).

Hasil kajian analisis kelayakan bangunan yang disusun oleh Dinas PUPR Banda Aceh empat tahun silam, bukan isapan jempol belaka. “Bangunannya memang sudah tidak layak. Dinding banyak yang retak, begitu juga atapnya mulai ambruk. Sudah seharusnya kami pindah,” ujar seorang pedagang sepatu/sendal yang minta namanya tidak ditulis.

Kondisi Pasar Aceh Shopping Centre

Seorang pedagang yang sudah puluhan tahun berjualan di PAS, mengaku pada akhirnya, ia memutuskan untuk pindah ke gedung Pasar Aceh baru di sebelahnya demi alasan keselamatan. Bukan hanya untuk dirinya tapi juga para pembeli.

Namun tidak demikian dengan mayoritas pedagang yang masih mencoba bertahan. “Kalau yang saya tangkap dari aspirasi kawan-kawan, karena selama ini tidak ada kepastian dan jaminan atas keberlangsungan usaha mereka dari pemerintah.”

Di satu sisi, ia mengkhawatirkan rekan seperjuangan yang menolak pindah hingga detik terakhir pengosongan gedung. Di sisi lain, ia merasakan kesan ketidakseriusan pemerintah dalam menuntaskan persoalan, “Terlepas dari segala dinamika di pasar ini, seharusnya keselamatan yang utama,” ujarnya.

“Bayangkan saja, sedari 2021 seingat saya sudah enam kali pihak dinas pasar melayangkan surat pemberitahuan kepada kami, tapi kemudian menguap begitu saja tidak ada tindak lanjutnya. Padahal kami butuh kepastian dari pemerintah,” ujarnya lagi.

Kepada pemerintahan kota yang baru di bawah komando Wali Kota Illiza Sa’aduddin Djamal, pihaknya pun menggantungkan harapan. “Harapan pedagang, pemerintah bisa memfasilitasi, termasuk pemberian subsisidi penempatan relokasi di tempat baru.”

“Yang penting kejelasan, jangan hari ini ngomong A besok B. Sementara surat demi surat terus berdatangan. Kami jadinya bimbang, tetap berjualan di sini takut, keluar pun takut. Saya kira, kalau direspon dengan baik, pedagang akan dengan sukarela pindah ke tempat baru,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Dedi selaku Kepala Pelaksana Operasional Pasar Aceh mengatakan hal senada mengenai aspirasi para pedagang. “Kalau secara personal tidak ada penolakan. Hanya saja, pedagang meminta kepastian terkait kompensasi dan subsisidi.”

“Nyata penjualan lagi sepi, mereka berharap ada penurunan harga sewa di lokasi baru di sini. Cuma kan kami tidak bisa memutuskan sendiri, harus ada kebijakan dari pimpinan. Selain itu, mereka juga menuntut perbaikan sejumlah fasilitas seperti elevator lantai tiga guna menunjang aktivitas perdagangan,” ujarnya.

Kata Dedi, tercatat ada 130 pedagang yang saat ini masih aktif berjualan di PAS dari 172 orang yang terdaftar. “Dan yang sudah mendaftar ke Pasar Aceh baru untuk pindah sebanyak 43 pedagang. Sisanya siapa yang mau, kita bakal tampung.”

“Intinya pengelola siap menampung eks pedagang PAS bagi yang bersedia. Lokasinya di lantai dua dan tiga yang masih banyak kosong sekitar 250 toko. Cuma karena baru 40-an yang mendaftar, kita agak susah juga dalam penentuan tempat,” ujarnya.

Mengenai biaya sewa, Dedi menyebutkan bervariasi, mulai dari Rp 8,6 juta untuk ukuran toko 1,5×2 meter hingga Rp 26 juta dengan dimensi ruangan 3×3 meter. “Nominal tersebut sudah mencakup biaya operasional plus harga sewa untuk satu tahun.”

Hal lainnya, berdasarkan informasi terkini, 15 Juli 2025 menjadi tenggat waktu pengosongan PAS. “Kalau pembongkarannya, dari jadwal 31 Juli-31 Agustus 2025. Hari ini pihak dinas juga mengadakan sosialisasi tahap akhir kepada para pedagang di UPTD pasar,” ujarnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist