MASAKINI.CO – PT Pegadaian Kantor Wilayah I Medan mengungkapkan adanya perbedaan pola transaksi antara Aceh dan Sumatera Utara (Sumut). Masyarakat Sumut cenderung mengikuti harga pasar emas. Saat harga naik, permintaan harga emas batangan juga ikut naik di wilayah itu. Namun menjelang Lebaran, tren justru menurun karena masyarakat ramai-ramai menebus emas untuk dipakai saat hari raya.
Di Aceh, perilaku nyaris sama saat Lebaran. Hanya perbedaannya, Hari Raya Idul Adha tebusan lebih tinggi dibandingkan Hari Raya Idul Fitri.
“Akhir tahun biasanya Sumut mengalami penurunan tebusan karena Natal dan tahun baru tapi di Aceh tebusan tetap tinggi karena untuk pembayaran proyek akhir tahun,” kata Kepala Departemen Bisnis Support Pegadaian Kanwil I Medan, Andya Fauzi, saat konferensi pers di Medan, Kamis (10/7/2025).
Andyan menjelaskan karakter masyarakat Aceh lebih suka membeli emas perhiasan karena bisa langsung dipakai sebagai aksesoris. “Padahal dari segi investasi, menabung emas batangan lebih baik karena saat dijual harganya relatif sama, dan tidak mengalami pemotongan ongkos pembuatan,” ujarnya.
Ia mencontohkan, emas batangan seperti Antam, Logam Mulia, atau Galeri 24 yang bersertifikat internasional dapat dijual di mana saja. Sedangkan emas perhiasan, mayoritas harus dijual di toko yang sama saat membeli.
Oleh karena itu, menurut Andyan, kini Pegadaian terus berupaya mengedukasi masyarakat Aceh agar tidak membeli emas perhiasan untuk tujuan investasi. Pegadaian mulai menyasar anak muda Aceh, sebab mereka adalah generasi yang akan mulai berinvestasi.
“Beberapa waktu lalu kami masuk ke kampus-kampus, seperti UIN Ar-Raniry dan Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh untuk melakukan edukasi,” ujarnya.
PT Pegadaian Kantor Wilayah I Medan yang membawahi wilayah Sumatera Utara dan Aceh, telah bertransformasi terhadap sejumlah layanan baru. Salah satunya adalah kehadiran agen-agen pegadaian untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi.
Menurut Andyan, kini telah hadir sebanyak 3.700 agen, dengan rincian 3.000 agen tersebar di wilayah Sumut dan 700 agen tersebar di Aceh. Melalui agen dan aplikasi digital, masyarakat bisa melakukan berbagai transaksi, mulai dari pembukaan rekening tabungan emas, top up, hingga pembiayaan produk mikro seperti KCA, Arrum Haji, atau Kreasi.
Terdapat sejumlah produk yang dapat dilakukan transaksi di agen pegadaian. Misalnya terhadap agen pemasar nasabah dapat menggunakan KCA, Kreasi, Amanah, Arrum Haji, Krasida, KUR Syariah, Kupedes. Kemudian agen pembayar, nasabah dapat memanfaatkan berupa Tab Emas, Mulia, MPO dan Produk Agen Pemasar.
“Terakhir ada agen gadai, di sini nasabah dapat memanfaatkan Gadai KCA, Produk Agen Pemasar dan Produk Agen Pembayar,” tuturnya.
Setiap agen pegadaian, lanjut Andyan, akan mendapatkan dana bagi hasil sesuai dengan produk yang dijual. Misalnya transaksi penyaluran produk mikro maka bagi hasil itu sebesar 0,75 persen dari uang pinjaman yang diberikan.
Namun Andyan mengingatkan agar masyarakat tetap berhati-hati karena tidak menutup kemungkinan muncul oknum yang mengaku agen. Akan tetapi pihaknya telah memberikan fasilitas branding khusus yang tidak dimiliki oknum tersebut.
“Jika ditemukan ada oknum maka akan kami tindak,” tegasnya.