Menenun Tradisi, Menggenggam Masa Depan: Mutiara Songket dalam Kilau Meuseuraya

Owner Mutiara Songket, Ira Mutiara saat memamerkan karya tenunnya di Meuseuraya Festival 2025. | Foto: Riska Zulfira/masakini.co

Bagikan

Menenun Tradisi, Menggenggam Masa Depan: Mutiara Songket dalam Kilau Meuseuraya

Owner Mutiara Songket, Ira Mutiara saat memamerkan karya tenunnya di Meuseuraya Festival 2025. | Foto: Riska Zulfira/masakini.co

MASAKINI.CO – Lintasan benang demi benang di tangan Ira Mutiara seolah tak hanya melahirkan selembar kain, tetapi juga menghadirkan cerita panjang tentang warisan, ketekunan, dan harapan baru bagi songket Aceh.

Dalam Meuseuraya Festival 2025 yang digelar di Balee Meuseuraya, Banda Aceh, pemilik Mutiara Songket itu tak hanya memamerkan hasil tenunannya, tapi juga secara eksklusif memperlihatkan langsung proses pembuatan songket di hadapan pengunjung.

Setiap hari selama festival, Ira duduk di balik alat tenun tradisionalnya. Jemarinya yang lincah memindahkan benang, menciptakan motif demi motif yang rumit. Pemandangan ini menjadi daya tarik tersendiri, karena jarang pengunjung bisa menyaksikan langsung proses lahirnya kain songket Aceh yang bernilai jutaan rupiah.

“Saya ingin orang tahu bahwa menenun itu butuh kesabaran, ketekunan, dan cinta. Ini cara saya menjaga warisan agar tidak hilang,” ujar Ira, Kamis (25/9/2025).

Mutiara Songket lahir dari tradisi keluarga. Ira menceritakan, awal mula Mutiara Songket tidaklah mudah. Sang ibu, yang belajar menenun di Songket Nyak Mu, sempat meneruskan tradisi ini seorang diri.

Namun, seiring waktu, usaha itu sempat vakum. Titik balik hadir ketika Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) bersama Bank Indonesia (BI) turun tangan pada 2019. Mereka memberikan pelatihan, alat tenun, bahan baku, hingga merenovasi gedung produksi.

“Dulu kami hanya punya satu alat tenun. Setelah BI datang, kami diberi pembinaan sampai fasilitas yang lengkap. Mereka ingin memastikan Songket Aceh tidak punah. Saya sebagai generasi ketiga merasa terpanggil untuk melanjutkan ini,” ujar Ira.

Sejak itu, karya-karya Mutiara Songket tak hanya dikenal di Aceh, tapi juga dipakai artis nasional seperti Ariel Tatum, Aurelie Moeremans, hingga Putri Indonesia. Pesanan pun datang dari berbagai daerah, termasuk Jakarta dan Kalimantan Barat.

Selain untuk konsumen individu, Mutiara Songket juga menerima permintaan desain untuk pembeli kolektif. Kain songket Aceh yang dihasilkan memiliki motif khas floral, seperti motif pucok reubong, Pinto Aceh, motif bungong pula, motif bungong lawang, motif bungong geulima, dan lainnya.

Keikutsertaan Ira di Meuseuraya Festival 2025 bukan sekadar pameran, tetapi juga ajang untuk membuktikan daya tarik kain wastra Aceh. Selama lima hari festival, ia berhasil menjual lima lembar songket dengan nilai lebih dari Rp5 juta.

“Alhamdulillah, banyak yang tertarik. Mayoritas pembeli dari masyarakat lokal dan Jakarta,” kata Ira.

Pameran proses menenun yang ia tampilkan juga mendapat perhatian besar. Banyak pengunjung berhenti, mengabadikan momen, bahkan menanyakan detail tentang cara menenun. “Itu membanggakan. Artinya, ada ketertarikan anak muda dan masyarakat terhadap tradisi kita,” ujarnya.

Bagi Ira, keikutsertaan di festival ini memberi energi baru untuk terus berkarya. Ia berharap songket Aceh bisa semakin dikenal, tak hanya di tingkat nasional, tapi juga internasional.

Gallery kriya dan wastra di Meuseuraya Festival 2025. | Foto: Riska Zulfira/masakini.co

“Terima kasih kepada Bank Indonesia yang sudah men-support kami dari awal. Semoga songket Aceh makin mendunia, jadi kebanggaan sekaligus sumber ekonomi masyarakat,” ucapnya penuh harap.

Festival Meuseuraya Kolaborasi untuk UMKM

Festival yang digelar Bank Indonesia Aceh ini menghadirkan lebih dari 17 agenda utama, mulai expo UMKM yang salah satunya wastra, business matching, forum, kompetisi kreatif hingga fun walk yang diikuti ribuan peserta.

Kepala Perwakilan BI Aceh, Agus Chusaini, melaporkan kesuksesan Meuseuraya Festival 2025 terlihat dari capaian yang luar biasa. Selama lima hari penyelenggaraan mulai 24 hingga 28 September, lebih dari 11 ribu orang hadir meramaikan acara. Sebanyak 744 peserta, baik tim maupun individu, ikut dalam berbagai perlombaan.

Transaksi UMKM pun mencatat angka hampir Rp2,5 miliar dengan lebih dari 70 ribu transaksi, sebagian besar dilakukan secara non-tunai melalui QRIS.

Tak hanya itu, business matching berhasil menyalurkan pembiayaan perbankan kepada UMKM senilai Rp1,45 miliar, dan melalui program Pojok Berkah terkumpul wakaf produktif sebesar Rp44,45 juta. Capaian ini menunjukkan antusiasme tinggi masyarakat Aceh sekaligus bukti nyata peran Festival Meuseuraya dalam mendorong UMKM naik kelas dan memperkuat ekonomi syariah di Aceh.

Agus menegaskan bahwa keberhasilan festival adalah buah kolaborasi semua pihak. “Semangat meuseuraya atau gotong royong harus terus dirawat. Festival ini bukan sekadar agenda tahunan, tetapi momentum memperkuat ekosistem ekonomi syariah dan mengangkat budaya Aceh sebagai kekuatan ekonomi kreatif,” kata saat menutup acara, Minggu (28/9/2025).

Tak heran jika #MeuseurayaFestival2025 selalu dinanti masyarakat Aceh. Bukan hanya sebagai surga kuliner dan pusat belanja produk UMKM lokal, festival ini juga menjadi ruang edukasi yang memperkenalkan budaya, termasuk kekayaan wastra khas Aceh.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist