MASAKINI.CO – Stunting atau kurang gizi pada anak bukan masalah sepele. Pemicunya bisa terjadi lantaran seorang ibu ketika hamil terkena anemia. Ketua Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Aceh, Junaidi, mengatakan anemia pada ibu hamil dapat memunculkan kasus stunting pada anak bayi lima tahun (balita).
Menurut Junaidi, proses kehamilan itu adalah satu kondisi dimana ibu harus mempersiapkan pertumbuhan janin yang sehat.
“Jadi, anemia pada ibu hamil itu dapat memunculkan kasus stunting pada anak balita, itu jelas,” kata Junaidi, Jumat (11/11).
Junaidi mengatakan, janin yang sehat bakal tumbuh apabila sang ibu juga dalam keadaan sehat. Kemudian, asupan gizi ibu cukup dan terawat bagus, serta tidak mengalami anemia.
“Sebab, sang anak dalam kandungan itu membutuhkan makanan yang cukup dari ibu,” ujarnya.
Jika ibu tersebut anemia, kata Junaidi, tentu konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)-nya kurang, protein dan vitamin mineral juga kurang, sehingga ibu hamil ini tidak mampu memenuhi kebutuhan janinnya. Sebab, ungkapnya, semua zat gizi itu butuh untuk hormon pertumbuhan kepada janin.
“Jika tidak terpenuhi maka lahirlah anak-anak yang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari ibu anemia tadi,” bebernya.
Selain berat badan lahir rendah, sebut Junaidi, anak juga mengalami panjang badan di bawah normal. Hal inilah yang menjadi cikal bakal anak stunting.
Anak dengan berat badan lahir rendah dan panjang badan lahir di bawah normal sangat mudah sakit.
“Pertumbuhannya terhambat. Ini akan menjadi stunting ke depan,” jelasnya.
Menurut Ketua Persagi Aceh itu, tingginya angka stunting di tanah Serambi Mekkah juga berkorelasi terhadap tingginya kasus anemia pada ibu hamil.
Sebenarnya, dalam proses mencegah stunting, ada sebuah tindakan yang bisa dilakukan yakni dengan memverifikasi calon pengantin. Perlu dipastikan mereka tak mengalami anemia dan kurang energi kronik atau KEK.
“Perlu diedukasi dulu calon pengantin, sehingga ketika hamil dia siap mengelola kehamilannya dengan baik, tidak akan muncul bayi BBLR dan panjang badan di bawah normal. Sehingga tidak terjadi kasus stunting baru lagi di Aceh,” tuturnya.
Junaidi berharap, pencegahan anemia dan stunting perlu ditekankan kepada semua pihak untuk melakukan aksi yang cepat, tepat, dan terarah kepada sasaran-sasaran yang dapat menyebabkan persoalan gizi anak di kemudian hari tersebut.
“Stunting di Aceh saat ini hampir 33,2 persen yang melebihi angka nasional. Sementara target kita 2024 itu adalah sebesar 14 persen stunting, dan KEK di Aceh juga masih tinggi 14,5 persen sekarang. Ini masih banyak persoalan-persoalan gizi di Aceh yang perlu kita tangani,” pungkasnya.