Suku Seediq, Suku Asli Taiwan yang Mirip Seperti Suku Nias

Ilustrasi | Tato wajah perempuan di desa Chin, Burma. (sumber foto: dailymail.co.uk)

Bagikan

Suku Seediq, Suku Asli Taiwan yang Mirip Seperti Suku Nias

Ilustrasi | Tato wajah perempuan di desa Chin, Burma. (sumber foto: dailymail.co.uk)

MASAKINI.CO – Pada KTT G20 di Bali, untuk pertama kalinya Joe Biden dan Xi Jinping bertemu setelah Biden memimpin Gedung Putih. Salah satu hal yang dibahas pada pertemuan mereka adalah mengenai Taiwan. Sebagai sebuah negara di Asia Timur, ternyata Taiwan memiliki suku asli yang mirip dengan suku Nias, yakni suku Seediq.

Suku Seediq bukanlah orang Cina daratan. Mereka tergolong bangsa Austronesia. Suku Seediq dikenal pemberani dan pernah berperang melawan Jepang saat Dai Nippon menduduki Taiwan pada perang dunia kedua.

Perjuangan Suku Seediq yang terkenal terjadi dalam insiden Wushe di Kabupaten Nantou. Perlawanan itu dipimpin oleh Muna Rudao, pahlawan Suku Seediq yang legendaris.

Dikutip dari laman Council of Indigenous Peoples, orang-orang dari suku Seediq memiliki budaya menenun dan tato wajah sama seperti suku Nias di Indonesia. Mengutip laman Global Voices, istilah ‘Seediq’ mengacu pada orang dan bahasa suku ini. Bahasa Seediq adalah bagian dari rumpun bahasa Austronesia dan terdiri dari tiga dialek utama, yakni ‘Truku’, ‘Toda’ dan ‘Tgdaya’.

Adanya keberagaman dialek ini tak lepas dari suku Seediq yang berpindah-pindah tempat. Menurut legenda Seediq, orang-orang Seediq berasal dari Pusu Qhuni di Pegunungan Tengah. Kemudian, mereka bermigrasi ke Truku Truwan di Desa Hezuo Kabupaten Nantou. Selang beberapa waktu, suku Seediq berangsur-angsur pindah pada abad ke-18 karena pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Setelah migrasi ini, berbagai kelompok Seediq mengadopsi nama yang berbeda.

Kelompok yang bermigrasi ke Deluwan – Wushe (daerah pegunungan di seberang Chunyang sekarang) menyebut diri mereka Tgdaya. Rombongan yang bermigrasi ke Tpwqo (Dadebuge), Kbayan (Gubayang), dan Browan (Bulowan) melintasi Gunung Qilai menyebut diri mereka Truku. Lalu, rombongan melewati puncak utara Gunung Hehuan ke Shangmeiyuan (Desa Zhu) yang menyebut diri mereka Toda.

Setelah bermigrasi ke daerah Tgdaya, Toda, dan Truku, masing-masing subgrup membentuk identitas kelompok tersendiri. Oleh karena itu, mereka membedakan diri sebagai Seediq Tgdaya, Seediq Toda, dan Seediq Truku.

Menurut laman Council of Indigenous Peoples, saat ini populasi dari suku Seediq sekitar 10.452 jiwa per Januari 2020, dan baru diakui oleh pemerintah Taiwan pada 2008.

Untuk urusan seni, orang Seediq sering menyebut menenun ‘tminun’. Suku seediq sering membuat keranjang punggung, tas jaring, keranjang pakaian, jaring ikan, keramba ikan, keranjang ikan, dan saringan melingkar dengan cara ditenun. Selain itu, mereka menenun dengan benang rami yang terbuat dari serat rami. Setelah diwarnai, mereka membuat kain rami yang digunakan untuk membuat pakaian, aksesoris, dan seprai dengan warna yang umum, seperti hijau, merah, kuning, hitam, dan putih.

Selain menenun, suku Seediq juga melakukan tato wajah sebagai tanda kedewasaan dalam budaya Seediq, walaupun telah punah. Selain sebagai nilai budaya dan sosial, tato wajah berfungsi sebagai penghias dan antisipasi untuk menghindari kejahatan.

Laki-laki Sediq bisa mendapatkan tato wajah setelah memenggal kepala musuh atau lulus ujian berburu. Sedangkan, Wanita harus mendapatkan pengakuan tetua dalam menenun dan bertani sebelum mereka bisa menato wajah mereka. Ini karena orang Seediq percaya bahwa ketika orang meninggal dunia dan bergabung dengan roh leluhur, leluhur akan menilai apakah seseorang keturunan Seediq berdasarkan tato wajah. Karena itu, tato wajah memiliki makna religius.

Sumber: tempo.co

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist