Teluk Jakarta Tercemar Parasetamol, Ini Dugaan Penyebab dan Dampaknya

Kondisi Teluk Jakarta usai dibersihkan di Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (24/3/2018). Sampah plastik yang menumpuk, kini sudah dibersihkan dan menyisakan lumpur tebal. (sumber foto: Kompas.com/Maulana Mahardhika)

Bagikan

Teluk Jakarta Tercemar Parasetamol, Ini Dugaan Penyebab dan Dampaknya

Kondisi Teluk Jakarta usai dibersihkan di Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (24/3/2018). Sampah plastik yang menumpuk, kini sudah dibersihkan dan menyisakan lumpur tebal. (sumber foto: Kompas.com/Maulana Mahardhika)

MASAKINI.CO – Teluk Jakarta disebut-sebut tercemar parasetamol. Parasetamol adalah obat penghilang rasa sakit yang sering digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, seperti sakit kepala, sakit punggung, nyeri haid, sakit gigi, badan ngilu, nyeri otot, dan sakit setelah operasi. Selain itu, parasetamol juga digunakan untuk menurunkan demam serta membantu mengatasi pilek dan flu.

Ramai soal Teluk Jakarta mengandung parasetamol kali pertama dimuat dalam laman jurnal sciencedirect.com. Artikel itu berjudul “Konsentrasi Tinggi Parasetamol dalam Limbah yang Mendominasi Perairan Teluk Jakarta, Indonesia”.

Terkait temuan tersebut, Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan menyampaikan bahwa Pemprov DKI Jakarta berencana mengusut sumber pencemaran yang menyebabkan Teluk Jakarta tersebut mengandung parasetamol. “Kami akan dalami dan telusuri sumber pencemarannya,” ujar Yogi, dikutip dari Kompas.com, Senin (4/10/2021).

Para peneliti LIPI menyebutkan, terdapat tiga kemungkinan sumber pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta. Dugaan tersebut di antaranya berasal dari konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, serta industri farmasi. Terkait dugaan pencemaran dari konsumsi masyarakat yang berlebihan ini bisa bersumber dari tingginya angka penduduk di Jakarta dan bebasnya peredaran obat yang dijual tanpa resep dokter.

Selain itu, rumah sakit dan industri farmasi bisa berpotensi sebagai sumber pencemaran apabila tidak memiliki sistem pengelolaan air limbah yang optimal. Hal itu bisa menyebabkan sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke perairan, mengalir ke sungai dan akhirnya menuju laut.

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Zainal Arifin, yang merupakan salah satu peneliti dalam temuan tersebut, mengatakan ada sejumlah dampak buruk pencemaran kandungan parasetamol di Teluk Jakarta. Zainal menyampaikan, hal ini bisa menjadi berbahaya karena pada dasarnya konsep dasar sebuah obat adalah racun ketika penggunaannya tidak tepat.

“Semua obat itu racun kalau kita menggunakan berlebih. (Itulah) mengapa dokter selalu memberi dosis (misalnya) diminum dua kali sehari, karena ada indikasi. Artinya sama saja, semua obat tidak jauh berbeda,” kata Zainal.

Meski demikian, pihaknya enggan menyebut Teluk Jakarta yang memiliki kandungan parasetamol tersebut beracun. Hal ini karena kandungan parasetamol yang ditemukan tidak berada di level yang dapat membahayakan seseorang. “Artinya ini kan belum sampai menyebabkan keracunan atau kematian, karena ini kan konsentrasinya nano gram per liter,” ujarnya.

Lebih lanjut, Zainal menyebutkan, kandungan parasetamol di Teluk Jakarta tak memberi efek langsung pada manusia, tetapi bisa berdampak pada ekosistem hewan pada daerah itu. “Konsentrasi sangat ini (kecil) tapi memberi dampak bukan ke manusia saja, tapi ke hewan yang ada di sana. Melindungi hak hewan yang (memiliki manfaat) penting bagi kelangsungan hidup kita juga,” sebut Zainal.

Terkait dengan temuan ini, Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan menyampaikan terima kasih kepada para peneliti. Namun, Yogi menyebutkan, pihaknya sebenarnya secara rutin sudah memantau kualitas air di Jakarta.

Akan tetapi, memang variabel pencemaran parasetamol tidak termasuk. Aturan terkait variabel pencemaran ini sebagaimana tercantum dalam PP 22/2021. Meski demikian, pada prinsipnya temuan parasetamol memberi indikasi adanya pencemaran di Teluk Jakarta. “Sesuatu yang tidak pada tempatnya atau sesuatu yang melebihi kadarnya di suatu tempat adalah pencemaran,” ujar dia.

Dalam buletin tersebut disampaikan bahwa konsentrasi tinggi parasetamol yang terdeteksi di Angke dengan kadar 610 ng/L dan Ancol 420ng/L.

Sumber: Kompas.com

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist