MASAKINI.CO — Sejumlah pengrajin gerabah di Desa Atuek Jawo, Kota Banda Aceh mengaku kesulitan memperolah bahan baku berupa tanah liat untuk membuat gerabah.
Seorang diantaranya Nur Aini (60), ia mengaku sudah tiga bulan lebih tidak produksi gerabah akibat kesulitan memperoleh bahan baku.
Biasanya, ia mengambil tanah liat di sawah milik warga tidak jauh dari kediamannya di Desa Ateuk Jawo.
Namun kini sawah yang menjadi sumber bahan baku pembuatan gerabahnya digenani air nyaris setinggi pinggangnya, sehingga tanah liatnya tidak bisa diambil.
“Susah nyari tanah liatnya karena banjir,” katanya, Selasa (2/6).
Hal tersebut membuat Nur Aini terpaksa menolak beberapa pesanan dari pelanggannya.
Menurut Nur Aini, jumlah lahan kosong tempat mereka mengambil bahan baku semakin hari terus menyusut dikarenakan bangunan perumahan dan lainnya.
Ia menyebutnya, hasil gerabah yang ia buat biasanya dipesan untuk digunakan pada acara pesta pernikahan. Sedangkan pembeli biasa datang langsung menjajal hasil kerajinannya ini.
Hal serupa juga ikut dirasakan Nuraida. Biasanya Nuraida mengambil tanah liat daerah Pekan Biluy, namun tempat tersebut juga ikut di genani air. Saat ini ia hanya membuat dari sisat tanah liat yang tersisa saat bulan puasa lalu.
“(Tanah liat) ini sisa punya bulan puasa, sekarang gak bisa ambil di tempat biasa, karena digenangi air,” sebutnya.
Dalam kondisi stabil, Nuraida mengaku ozmetnya bisa mencapai 1 jutaan perbulan.
“Bisalah untuk membantu suami kalau lagi tidak ada kerja,” ungkapnya.[Ahlul Fikar]