MASAKINI.CO – Sambil bersantai di ruang tamu, ia berselancar di dunia maya. Lamat-lamat, perempuan itu larut dalam ragam kisah mengerikan, Wuhan. Kota di Provinsi Hubei, timur China.
Kota terbesar ketujuh di negeri Panda itu mendadak sepi. Generasi baru Corona, Covid-19 telah menelan ribuan korban jiwa. Sekejab saja. Wuhan menjelma jadi kota mati.
βKetika tahu pertama kali, respon saya pada Covid-19 ini awalnya biasa saja,β kata Trisna Sari.
Di balik telpon suaranya bergetar. Trisna tak menduga virus itu berkembang pesat. Menebar ketakutan ke seluruh penjuru dunia. 168 negara telah terjangkit, hingga Rabu (25/3) pagi.
βKok cepat sekali ya menyebarnya virus ini,β pikirnya. Ia sempat menganggap Corona, ‘angin lalu.’
Trisna tak pernah membayangkan dirinya kini berada di garda depan. Ini perang berat; melawan virus yang mulai menyerang negeri Serambi Mekah.
Kisah mendebarkan dimulai awal Maret lalu. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Pesan singkat masuk di Grup Whatsapp Respiratory Intensive Care Unit (RICU), Rumah Sakit Zainoel Abidin. Seseorang menyampaikan kabar, ada pasien masuk dengan riwayat sakit mirip Covid-19.
βYa Allah dinas pula hari ini,β ucapnya membatin. βDari rumah saya udah deg-degan sendiri, panik sendiri, takut sendiri, lemas, ya Allah.β
Di balut takut, Trisna meninggalkan rumahnya di kawasan Lueng Bata, Banda Aceh tancap gas sepeda motor menuju ruang dinasnya. Ia perawat tangguh. Sangat mencintai ruang penuh ketegangan RICU.
βRuangan ini memberi saya banyak pelajaran hidup. Saya tetap akan memilih di sini.β
Di balik ruang isolasi, Trisna menyimpan banyak kisah. Termasuk jalan hidupnya yang terjal. Lebih dua pekan sudah ia menyimpan rindu. Ingin memeluk buah hatinya.
Ibu muda ini memiliki seorang putra masih berusia tujuh tahun. Sementara si bungsu, perempuan berusia empat tahun. Keduanya saat ini bersama suami di Lhokseumawe.
βSi bungsu tuh, kalau lagi telponan kadang sering tanya, βmama apa nggak sayang lagi sama kami? Kok nggak pulang-pulang?β kata perempuan berusia 33 tahun tersebut, menirukan protes anak bungsunya.
RSUZA tempat Trisna bekerja belum ada pasien yang dinyatakan positif mengidap Covid-19. Namun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tiap hari terus berdatangan.
Trisna mengakui semakin cemas. Seandainya nanti ada yang positif, para perawat itu secara otomatis juga akan diisolasi sementara selama 14 hari.
βSaya takut. Sangat-sangat takut. Seandainya ada yang positif, kami-kami ini tentu juga akan diisolasi. Sudah pasti saya tidak bisa berjumpa dengan anak-anak untuk waktu yang lebih lama.β[Alfath Asmunda]