Tim Konsorsium Serahkan Barrier Gajah ke Pemerintah Aceh

Barrier terpasang di kawasan Aceh Jaya. [Dok CRU Aceh]

Bagikan

Tim Konsorsium Serahkan Barrier Gajah ke Pemerintah Aceh

Barrier terpasang di kawasan Aceh Jaya. [Dok CRU Aceh]

MASAKINI.CO – Tim konsorsium pelaksana program pelestarian gajah Sumatera di Aceh menyerahkan barrier atau pembatas berupa pagar listrik yang telah dibangun kepada Pemerintah Aceh.

Barrier tersebut dibangun melalui pengelolaan kolaboratif kawasan perlindungan habitat Gajah di Aceh Jaya, yang digawangi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Kesatuan pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah 1 Aceh, dan Lembaga Conservation Response Unit (CRU) Aceh.

Penyerahan barrier tersebut diwakili oleh Direktur CRU Aceh, Wahdi Azmi kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Aceh, Sahrial. Turut hadir Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto dan kepala KPH wilayah 1, Inayat Syah Putra, di Kantor DLHK, Banda Aceh, Selasa (28/07).

Penandatanganan penyerahan barrier diwakilkan oleh Wahdi Azmi (Direktur CRU Aceh) kepada Kepala DLHK Aceh, Sahrial, didampingi kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, dan Kepala KPH wilayah 1, Inayat Syah Putra, Selasa (28/07/2020), di Kantor DLHK, Banda Aceh. [Dok CRU Aceh]
“Barrier buatan sebagai pembatas pergerakan gajah liar ini dibuat atas dukungan pendanaan dari TFCA Sumatera, yang bertujuan mengatasi dan mengurangi konflik gajah liar di Aceh Jaya,” ujar Wahdi.

Kata dia, program kolaboratif pengelolaan habitat gajah ini telah dilakukan selama tiga tahun, dengan melakukan beberapa kegiatan di tingkat tapak, salah satunya adalah pembangunan barrier buatan sebagai penghalau gajah liar di kawasan Aceh Jaya.

 “Dengan adanya barrier ini telah berdampak baik dalam mengantisipasi konflik gajah, dan manusia di beberapa lokasi yang sebelumnya memiliki intensitas konflik yang tinggi,” ungkapnya.

Sementara itu, Kadis DLHK Aceh, Sahrial menyampaikan apresiasi atas program kolaboratif pelestarian habitat gajah ini, dan berharap program tersebut dapat direplikasi pada habitat gajah di wilayah KPH lainya di Aceh. 

Menurutnya, program yang telah dijalani tersebut dapat dipandang sebagai cikal bakal pengelolaan kawasan ekosistem esensial yang sedang digagas di beberapa tempat di Aceh. 

“Saya berharap, barrier yang telah dibangun ini menjadi salah satu solusi dalam penangulangan konflik masyarakat dengan gajah yang selama ini terjadi, dan pada akhirnya masyarakatlah yang harus mendapat manfaat dari hasil upaya konservasi yang dilakukan, melalui berbagai upaya pengembangan mata pencaharian termasuk ekowisata,” ujarnya. []

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist