MASAKINI.CO – Ledakan dahsyat terjadi di Port of Beirut, Lebanon sekitar pukul 18.02 waktu setempat pada Selasa (4/8/2020). Akibatnya, ratusan orang dilaporkan meninggal, ribuan luka-luka, dan sebagian hilang.
Mengutip keterangan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, pascaledakan, hingga pagi (6/8) diperkirakan setidaknya 137 orang meninggal dunia, 5.000 luka-luka, dan 300.000 orang kehilangan rumah.
“Pasca penetapan State of Emergency, Pemerintah Lebanon menetapkan langkah-langkah untuk investigasi kasus dengan membentuk Satgas Tanggap Darurat yang dipimpin oleh Perdana Menteri,” kata Kemenlu dalam keterangan persnya diperoleh Masakini.co, Jakarta, Jumat (7/8).
Kemenlu menjelaskan, pascakejadian Pemerintah Lebanon membentuk Tim Investigasi yang diketuai oleh Presiden, yang bertugas untuk menyelidiki penyebab Ledakan dalam kurun waktu lima hari.
Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan simpati kepada Pemerintah Lebanon dan juga belasungkawa kepada keluarga korban.
“Salah satu korban luka adalah WNI yang telah berhasil dikontak KBRI dan saat ini dalam kondisi stabil serta dapat berkomunikasi dengan baik. KBRI akan terus melakukan pendampingan kepada yang bersangkutan hingga pulih,” terang Kemenlu.
Pemerintah Indonesia melalui Kemenlu menyampaikan bahwa KBRI Beirut telah melakukan koordinasi dengan otoritas setempat dan melakukan pengecekan kepada WNI lainnya yang berada di Beirut.
KBRI Beirut juga mengimbau kepada seluruh WNI di Lebanon agar tetap waspada dan selalu mengikuti perkembangan situasi melalui media sosial setempat dan media KBRI Beirut serta menghubungi KBRI melalui nomor +961 5 924 676 (Telp) atau +961 70817310 (Whatsapp).
“Dalam catatan KBRI, terdapat 1.447 WNI, 1.234 di antaranya adalah Kontingen Garuda dan 213 merupakan WNI sipil termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa,” pungkasnya. [Ali L]