Koloni Melina di Kebun Arabica Darassalam

Darassalam, peternak lebah madu asal Kampung Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah.(Mag. Syah Antoni/masakini.co)

Bagikan

Koloni Melina di Kebun Arabica Darassalam

Darassalam, peternak lebah madu asal Kampung Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah.(Mag. Syah Antoni/masakini.co)

MASAKINI.CO – Memakai pelindung wajah dari serangan lebah. Rompi kamuflase. Dilengkapi sarung tangan kuning. Ia mulai beraksi di kebun kopi. Persis jarum masa diangka sembilan.

Pria 32 tahun itu pindahkan stup, kotak budi daya lebah seukuran 40×30 cm dari kebun arabica ke rumah jaga. Di sana, ia pisahkan bee polen dan larva dari setiap sisirnya. Pagi itu, ia panen madu.

“Sarang dimasukkan kembali. Nanti sarang berisi madu yang di panen akan dibuat sarang dan diisi madu kembali,” ujarnya.

Peternak lebah madu itu, warga Kampung Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Namanya Darassalam.

Sarang berisi madu selesai dikumpulkan. Darassalam bergegas membawanya ke dalam rumah. Sarang-sarang diperas lembut, madu kemudian jatuh ke saring, lalu mengalir ke botol kaca berukuran 400 ml.

Hari itu empat botol terisi, hasil panen dua stup lebah. Satu botol madu dihargai Rp150 ribu. Dalam sebulan Darassalam mampu menghasilkan sampai 50 botol madu ukuran 400 ml atau sebanyak 20 liter madu perbulannya.

Ia menjualnya offline dan online. Tidak hanya di Bener Meriah tetapi ke luar daerah seperti Aceh Tengah, Sigli, Banda Aceh dan Sumatera Utara.

Bila dikalikan jumlah botol madu dengan harga jual. Dalam sebulan Darassalam bisa meraup omzet kotor Rp7,5 juta perbulan. Pendapatan yang tergolong besar, lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi (UMP), Ibu Kota Indonesia, Jakarta.

Madu asli produksi Darassalam, Warga Bukit, Bener Meriah.(Mag. Syah Antoni/masakini.co)

Di kebun kopinya, sejumlah lebah dibiarkan terbang bebas. Menurut Darassalam lebah merupakan salah satu indikator banyak atau tidaknya hasil panen. Lebah cukup membantu proses penyerbukan bunga kopi.

Darassalam terus berusaha mengembangkan usahanya. Belakangan, ia mencoba menyatukan dua jenis lebah berbeda dalam satu stup. Perjodohan dilakukan antara lebah lokal, Apis Carena dan lebah impor, Apis Melifera. Ia menamainya Melina.

“Sepertinya pertama kali di lakukan peternak lebah di Aceh. Sementara ada satu koloni yang berhasil. Kita lihat perkembangannya. Bila bagus ya kita lanjutkan,” ungkapnya.

Darassalam mulai ternak lebah tahun 2017. Bermula dari kepincut rasa usai mencicipi madu asli bersama istri di Kampung Panji Mulia, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Karena madu mahal, lantas ia ternak lebah.

Mulanya madu Darassalam hanya dibeli warga sekitar. Hasil penjualan digunakan membeli gelodok dan stup. Berikutnya lebah baru dipindahkan ke kotak budi daya. Koloni glodok didapatnya gratis.

Bisnis madunya tak langsung berkembang. Awal merintis, koloni lebahnya sering kabur. Jaringan pemasaran yang sempit turut menjadi kendala. Tapi sekarang ilmunya telah mumpuni. Bahkan sering dipanggil memberi materi.

“Setiap merintis usaha pasti merasakan jatuh bangun. Saya jadikan rintangan sebagai bagian pendewasaan serta peningkatan profesionalisme. Kegagalan adalah guru bagi saya,” pungkasnya.

Laba hasil penjualan di gunakannya membeli gelodok dan stup kemudian satu persatu koloni lebah di pindahkan dari rumah warga ke dalam gelodok dan kotak budi daya. Koloni – koloni tersebut ia dapatkan gratis.

Seiring waktu serta bertambahnya ilmu dan pengalaman, Darassalam kini mampu memperbanyak koloni lebah sendiri tanpa harus memindahkan dari tempat lain.

Selain kekurangan modal, rintangan lain juga di hadapi Darassalam di awal merintis usaha ternak lebah, seperti koloni lebahnya kabur dan kurangnya jaringan pemasaran.

“Setiap merintis usaha pasti merasakan jatuh bangun. Saya jadikan rintangan sebagai bagian pendewasaan serta peningkatan profesionalisme. Kegagalan adalah guru bagi saya,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist