MASAKINI.CO – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menggelar pameran Produk Kriya Khas Aceh di Plaza Aceh, Banda Aceh. Lewat kegiatan itu diharap produk kriya Serambi Makkah mendunia.
Pameran yang berlangsung hingga Minggu 18 Agustus 2024 diikuti 13 pelaku ekraf dan ekonomi kreatif di Banda Aceh dan Aceh Besar. Warga yang dapat ke pusat perbelanjaan ramai yang singgah ke pameran.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal melalui Kepala Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata dan Kelembagaan (PUPK) Ismail, berharap kegiatan tersebut dapat mempromosikan produk ekraf Aceh sehingga diminati hingga ke mancanegara.
Produk ekonomi kreatif dinilai dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Aceh pada umumnya. Menurutnya, pariwisata dan sub-sektor ekonomi kreatif dapat memberikan peluang kerja bagi seluruh masyarakat Aceh.
“Disbudpar Aceh juga telah banyak melakukan beragam kegiatan untuk mendorong UMKM di Aceh, seperti beberapa waktu yang lalu melaksanakan kegiatan di Jakarta, ada mini expo produk muslim Aceh di Taman Budaya, dan baru-baru ini awal Agustus kita laksanakan kegiatan Aceh Tourism Roadshow di Medan,” ungkapnya.
Ismail meminta pelaku ekraf bersiap-siap menciptakan produk yang menarik untuk dipasarkan saat Pekan Olahraga Nasional (PON). Selama event olahraga terbesar di Indonesia berlangsung, bakal ada expo yang akan digelar di Blang Padang.
“Ke depannya untuk bisa saling berbagi dan sharing dalam mendukung kesuksesan PON Aceh-Sumut Ke-XXI mari kita mempersiapkan diri dan selamat mengikuti kegiatan Pameran Produk Kriya Khas Aceh,” ungkapnya.
Seorang pelaku ekraf, Rahmi Bustami dari Evaschoice Baimee, mengungkapkan alasan dirinya mengangkat etnik-etnik Aceh pada produk ekraf adalah rasa kecintaannya terhadap budaya Aceh yang bisa digali dan diaplikasikan, sehingga budaya Aceh ini lebih dikenal.
Menurutnya, melalui produk kriya bisa sekaligus mempromosikan adat dan budaya Aceh yang sangat indah, sehingga story telling-nya lebih dapat dan orang luar akan lebih mengenal motif-motif Aceh.
“Terkadang kebanyakan orang gak mau baca, misalnya motif Kerawang Gayo kalau cuma cari dibuku kan orang tidak mau. Jika kalau orang pakai dalam bentuk produk pasti lebih banyak tau sehingga story telling kita lebih dapat,” ujarnya.