MASAKINI.CO – Mahyudin. Pesepakbola PON Aceh terkekeh ketika melihat akun resmi @timbola.ponaceh yang mengunggah foto dirinya. Momen itu terjadi jelang laga uji coba menghadapi PSKD Kadju.
“Lucu saja, karena lagu yang dipakai di-postingan itu Udin Sedunia,” jelasnya.
Lagu tersebut dirilis 2016 silam, mewarnai perjalanan penyanyinya, Sualidin. Seorang (eks) polisi yang viral, karena video lagu India, Chaiya Chaiya.
“Udin udin, namamu norak tapi terkenal. Udin udin, walaupun norak banyak yang suka hahahaha.” Penggalan lirik tersebut menutup unggahan @timbola.ponaceh. Sebagaimana lirik itu, begitu Udin di skuad PON Aceh.
Sepanjang Pelatda, salah satu staf pelatih bersaksi, Udin tidak pernah cedera. Setiap kali ditekel, atau sempoyongan dalam duel, pemain sayap ini hanya tersungkur sesaat, lalu bangun.
“Udin baru keluar kalau ada luka, itu pun sekali. Emang ganjil, hehe,” tutur salah seorang staf pelatih.
Anak kedua dari empat bersaudara ini berbagi cerita perjalanan sepakbolanya pada masakini.co, pekan terakhir Agustus, ditemani semilir angin malam di Asrama Haji Banda Aceh.
Vonis Jantung
“Sempat berhenti main bola selama dua tahun, karena hasil cek kesehatan dibilang bermasalah pada jantung,” ungkapnya.
Bola matanya tampak menerawang, menggali memori peristiwa lepas SMP. Ditemani ibu, Nur Baiti. Udin bertolak dari Aceh Tamiang ke Banda Aceh untuk ikut seleksi masuk Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Aceh.
Tes pertama diawali cek kesehatan di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda. Setelah semuanya rampung, malamnya lewat sebuah pesan di gawai, ia divonis ada masalah pada jantung. Mak Udin sedih, namun mencoba membesarkan hati putranya.
“Selain Udin, ada satu teman lagi yang juga dibilang bermasalah di Jantung. Tapi teman Udin, tes lagi di RS lain dan hasilnya dia sehat. Mak Udin sempat menawarkan Udin untuk cek kesehatan di RS lain, tapi Udin jawab gak lah Mak, udah lemas aja waktu itu,” ujarnya.
Vonis tersebut tak ubahnya palu godam yang memukul asa Udin, sejadi-jadinya. Esok hari, bersama Mak langsung kembali kampung halaman, Desa Muka Sungai Kuruk, Kecamatan Seuruway, Aceh Tamiang.
Sejak saat itu, Udin memutuskan off total dari lapangan hijau, bahkan untuk menyaksikan teman-teman atau orang kampungnya main bola sore saja, tidak. Hari-harinya lebih banyak di rumah, bermain game lewat gawai.

Titik Balik dan Air Mata Ibu
Tahun 2023, seleksi PSBL Langsa U-17 menyudahi rehat bola dua tahun Udin. Adalah Sukma, pelatih SSB Tamiang United yang bersepakat dengan mak-nya Udin. “Mak yang meyakinkan Udin. Waktu itu bahas lagi masalah jantung. Mak bilang, udah pergi aja gak apa-apa itu,” bebernya.
Udin lolos seleksi, dan memperkuat PSBL U-17 di ajang Soeratin PSSI Aceh. Setelah kompetisi ini berakhir, jalan sepakbolanya berlanjut. Membela Aceh Tamiang di ajang POPDA. Udin juga turut dipanggil seleksi Pra POPNAS. Lepas fase tersebut, dirinya sempat kembali off berlatih.
“Cuma main bola sore saja. Itu udah dekat-dekat Ramadhan,” sebutnya.
Setelah lebaran 2023, Udin mengisi hari-hari di bengkel las tempat abangnya, di Banda Aceh. Dekat dengan komplek DPR Aceh. Sejak berhenti hingga bekerja di bengkel las, dalam hitungannya, Udin berhenti sekitar empat bulanan.
Sebuah informasi seleksi PON Aceh dari Mak, membuat Udin meninggalkan bengkel las Banda Aceh. Lagi-lagi pelatih SSB-nya, Sukma yang memberitahu Mak-nya Udin.
“Pulang lah ke Tamiang, ragu juga awalnya karena udah lama gak main bola. Persiapan diri seadanya, karena waktu mepet, cuma joging-joging aja. Untuk ikut seleksi Zona 4 di Stadion Langsa,” kenang Udin.
Semuanya tak mudah. Bukan karena persiapan diri saja yang kurang, tapi ada peristiwa yang mengiris hati. Suatu hari, Mak Udin menghadap salah seorang petinggi Askab PSSI Aceh Tamiang untuk meminta tanda tangan surat rekomendasi ikut seleksi.
“Kalimatnya nggak enak, kurang lebih kata orang itu: nggak usah sibuk-sibuk kali ibu, Udin belum tentu lewat juga. Mamak nangis waktu itu, sedih, karena nada meremehkan,” ungkapnya.
“Sakit karena belum apa-apa tapi langsung dihakimi nggak lewat. Bahkan dibilang ngapain kau ikut seleksi PON, udah ada pemainnya,” timpalnya.
Udin terbakar amarah pembuktian. Di Stadion Langsa, ia habis-habisan. Singkatnya, Udin terpilih bersama tiga pemain dari Aceh Tamiang lainnya. Bulan berganti, Udin kembali unjuk aksi pada seleksi terakhir PON Aceh di Stadion Kuta Asan 2024.
Tahap pertama ia mengadu kebolehan bersama 130-an pemain selama tiga hari. Jeda libur sekitar seminggu, sudah mengerucut menjadi 45 pemain. Hingga akhirnya, Udin sah terpilih sebagai bagian dari 24 pemain PON Aceh 2024.
“Harus diakui selama seleksi PON di Sigli, penampilan Udin luar biasa. Dia masuk top three dibandingkan pemain lain. Teknik dasarnya memang kurang, tapi kecepatan dan keberaniannya menjadi bekalnya terpilih,” sebut Mukhlis Rasyid, asisten pelatih PON.

Tebus Rasa Minder
Hanya saja, saat terpilih dan menjalani Pelatda performa Udin naik turun, bahkan cenderung tidak kuat di seleksi. Udin mengaku, ada kendala dalam memahami taktikal.
“Sempat down juga. Tapi lebih ke takut salah, jadinya gak lepas. Cuma baru-baru ini kayak mulai naik lagi rasa percaya diri dikit-dikit,” kata Udin.
Di sisa persiapan yang ada, dirinya bertekad tampil lepas sembari memperbaiki daya tangkap akan konsep bermain yang diinginkan pelatih kepala, Rasiman. Dengan begitu, Udin mengaku akan mendapatkan kepercayaan bermain. Sekurang-kurangnya sebagai pemain pengganti.
Komunikasi dengan orang tua masih terus ia jaga, untuk merawat semangat. Udin terus bekerja keras untuk dua hal, di lapangan dan jiwanya. Membunuh rasa minder, menjadi upaya yang terus dikerahkan. Tak mau kejadian seperti sang ayah terulang.
“Ayah dulu udah lolos dan terpilih sebagai pemain PS Langkat tahun 1994. Tapi pulang, karena insecure sebab ayah hanya tamatan SD,” tukasnya.
Udin memikul harapan besar dari kedua orang tua. Mak, seorang guru PAUD yang tak jemu mendukung, dan ayah (nelayan) yang terus mendorong agar Udin melampaui dirinya dalam sepakbola. Sukses di PON berkalung medali, hingga doa dapat tim usai PON nanti.