Teluk Jantang, Mie Instan dan Trail

Hujan membasahi tenda pendaki perbukitan Teluk Jantang, Lhoong, Aceh Besar.

Bagikan

Teluk Jantang, Mie Instan dan Trail

Hujan membasahi tenda pendaki perbukitan Teluk Jantang, Lhoong, Aceh Besar.

MASAKINI.CO – Hujan berdetak-detak di atas sejumlah tenda di perbukitan Teluk Jantang, Lhoong, Aceh Besar. Breko dan sejumlah kolega menikmati akhir pekan, awal Desember di sana.

Mereka tiba sore hari. Perjalanan ke Teluk Jantang, cukup memacu adrenalin setelah menempuh perjalanan hampir enam jam dari Bireuen. Beberapa bekal untuk makan malam sudah siap.

“Kami menginap di Teluk Jantang karena besok ada kegiatan di sini. Main trail,” ungkap Breko.

Bapak dua anak tersebut, setelah sekian lama baru kembali ke Teluk Jantang. Salah satu destinasi wisata di Aceh Besar, yang sudah tersohor untuk berkemah. Terakhir kali, ia ke sini, saat masih kuliah di USK.

Di matanya, tempat ini tidak terlalu banyak berubah. Keheningan malam, lebih dari cukup untuk merehatkan beban, setelah bekerja sebelum tiba akhir pekan.

“Teluk Jantang menentramkan jiwa, sekaligus obat penat untuk healing,” akunya.

Jaket yang dikenakan malam itu, tidak cukup ampuh untuk menghangatkan badan dari hawa dingin hujan. Breko bersama Jal, dan rekan yang lain, mensiasati keadaan dengan mengasapi mulut dengan tembakau.

“Jadi dulu pas masih kuliah ngapain aja di sini?” tanya Jal.

Matanya menerawang. Menggali memori masa lalu. Breko menerangkan, dulu Teluk Jantang belum seleluasa sekarang untuk diakses. Bahkan para pendaki, berupaya tiba di bukit, sebelum magrib.

Hal paling indah bagi Breko, saat menunju puncak bukit waktu itu, kemilau jingga di langit dekat magrib.

“Serasa seperti di film Laskar Pelangi. Ada ilalang apa namanya atau seperti sabana begitu lah. Saya nggak tahu juga istilahnya,” jelas Breko.

Jal mendengar seksama. Beberapa kali ia mengangguk, tanda menyimak penjelasan temannya itu.

Ia mengaku takjub dan berterimakasih diajak berlibur ke Teluk Jantang. Untuk sampai di tujuan, jika dari Banda Aceh, hanya butuh jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan.

“Malam berkemah, besoknya ngetrail. Sempurna sudah menutup akhir tahun 2024,” timpal Jal.

Keduanya lalu bangkit dari tenda. Hujan hanya menyisakan rintik. Mie instan dikeluarkan dari kotak. Api dinyalakan, mie dimasak. Hanya butuh belasan menit saja, makanan siap saji itu siap untuk dimakan.

Dini hari yang hening, menambah kesyahduan dengan melahap mie instan. Mereka tak berlama-lama. Setelah perut terganjal, langsung istirahat di dalam tenda. Esok pagi sekali, ‘kuda besi’ siap menjajal perbukitan Teluk Jantang dan sekitarnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist