MASAKINI.CO – Pola hidup dan makanan serba kekinian diyakini berbahaya untuk kesehatan masyarakat. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Plt Kadinkes) Aceh Besar, Nelly Ulfiati mengungkapkan bahwa pola konsumsi makanan saat ini, terutama di kalangan anak muda, kian dipengaruhi oleh tren gaya hidup modern yang tidak selalu sehat.
“Tapi sekarang pola makan itu juga dipengaruhi oleh style, lifestyle masyarakat, apalagi anak-anak muda,” kata Nelly kepada masakini.co, Senin (7/7/2025).
Menurutnya, fenomena ini membuat masyarakat lebih memilih makanan yang tampilannya menarik, viral, atau dianggap gaul, tanpa memerhatikan kandungan gizi yang ada di dalamnya.
“Bisa saja di dalamnya gulanya terlalu tinggi, lemaknya banyak, atau ada bahan fortifikasi yang tidak bagus. Ini yang pelan-pelan bisa mempengaruhi kesehatan,” ujarnya.
Ini menjadi tantangan baru bagi pemerintah daerah, terutama dalam upaya mengubah pola pikir masyarakat tentang gizi seimbang. Nelly mengingatkan, banyak penyakit sebenarnya bermula dari pola makan yang salah mulai dari hipertensi, diabetes, hingga anemia yang kini marak pada remaja putri.
“Kalau untuk edukasi gizi, kita sebenarnya sudah rutin lakukan, baik di posyandu, Puskesmas,” ucapnya.
Salah satu temuan Dinas Kesehatan Aceh Besar adalah tingginya kasus anemia pada remaja, terutama putri. Kebiasaan begadang, pola makan tidak teratur, dan lebih memilih makanan cepat saji menjadi pemicu utamanya.
“Makanya kita rutin berikan tablet tambah darah di sekolah-sekolah, pesantren, dayah. Karena kalau nutrisi mereka tidak seimbang, tidak cukup zat besi, itu akan berisiko pada kesehatan ke depan,” jelas Nelly.
Saat ini, Dinas Kesehatan Aceh Besar tetap melakukan berbagai upaya edukasi untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang. Tidak hanya menyasar anak muda, tetapi juga bayi, balita, hingga lansia.
“Sekarang sistem pelayanan kita sudah pakai ILP (Integrasi Layanan Primer). Jadi ada skrining kesehatannya juga, termasuk cek kesehatan gratis, supaya risiko bisa dicegah sejak dini,” ungkapnya.
Untuk bayi dan balita misalnya, pihaknya gencar mendorong penggunaan pangan lokal sebagai makanan pendamping asi (MPASI).